Jalan Terjal Jenderal AH Nasution Menemui Kapten Tendean
Di kawasan Mampang, Kapten Tendean telah lebih dulu ditabalkan menjadi nama jalan. Dapatkah mereka berdua kembali bersua, lewat nama jalan di kawasan Mampang Prapatan?

MONDAYREVIEW.COM – Wacana Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan mengubah nama Jalan Warung Buncit jadi Jalan Jenderal AH Nasution mendapat tentangan dari masyarakat dan budayawan Betawi. Sedianya, Kawasan yang akan diubah namanya yakni dari perbatasan Jalan Jenderal Gatot Subroto, Jalan Mampang Raya, Jalan Buncit Raya sampai perbatasan Jalan Letjen TB Simatupang.
Ketua Asosiasi Tradisi Lisan Jakarta, Yahya Andi Saputra mengatakan, gubernur seharusnya melakukan riset mendalam dan melakukan pendekatan kepada masyarakat sebelum mengambil keputusan. Dirinya keberatan dengan sikap Anies yang tidak berkonsultasi pada pihak terkait.
“Pada tempat yang mau diganti (namanya) menyimpan banyak memori kolektif masyarakat Betawi. Kalau ingat Mampang misalnya, bagi masyarakat Betawi ada namanya sendiri. Buncit ada memori kolektif sendiri. Itu semua berkaitan dengan kearifan lokal,” kata Yahya saat dihubungi Mondayreview.com.
Tidak mudah menabalkan nama pahlawan menjadi nama sebuah Jalan, apalagi menggantinya. Di Indonesia, peraturan penamaan jalan masih menggunakan peraturan daerah masing-masing.
Selain mempertimbangkan peraturan, penetapan nama jalan mestinya merujuk pada sosio historis masyarakat setempat. “Toponimi itu berkaitan asal usul nama tempat namun jalan nama kampung. Karena itu dalam Ilmu Toponimi, asal usul menyimpan peri nilai, peri kehidupan masyarakat yang bersangkutan,” kata Yahya.
Protes juga dilayangkan Perkumpulan Betawi Kita lewat sebuah petisi, Yahya termasuk di dalamnya. Mereka menyampaikan, selama lebih seperempat abad terakhir sudah begitu banyak nama-nama kampung dan jalan-jalan yang mengacu kepada memori kolektif masyarakat. Jika keinginan Anies dilteruskan, maka memori Betawi akan lenyap.
Misalnya, tulis petisi itu, di Pondok Gede, ada nama Kampung Dua Ratus karena luasnya 200 hektar, sekarang melebur dalam Kelurahan Halim. Seperti juga Kampung Pecandran dan Kampung Petunduan yang bukan hanya namanya, tetapi kampungnya pun sudah hilang.
Kepada media, Sejarawan JJ Rizal mengatakan, langkah Anies tidak tepat. Rizal tak menegasikan jasa AH Nasution, ia menolak lantaran nama Pahlawan Nasional itu akan disematkan pada jalan yang sudah punya nama. Rizal juga menyebut, nama Jalan Buncit Raya dan Jalan Mampang Raya mengandung sejarah dan ciri khas masyarakat Betawi.
Mendapat protes, Anies pun mengklarifikasi maksudnya. “Sebatas wacana. Proses pergantian nama tidak sederhana, jadi jangan dibayangkan proses cepat eksekusi,” kata Anies, di Balai Kota DKI Jakarta. Ia mengatakan, Pemprov masih mengkaji usulan penggantian nama tersebut.
Anies menambahkan, Pemprov akan merangkul berbagai pihak bila perubahan nama jalan jadi dilakukan. "Kita akan libatkan semuanya, budayawan semua," tambah Anies. Mengakomodir kebutuhan tersebut, Anies juga akan merevisi Keputusan Gubernur (Kepgub) Nomor 28 Tahun 1999 tentang Pedoman Penepatan Nama Jalan, Taman dan Bangunan Umum, agar masyarakat bisa dilibatkan.
Usulan penamaan Jalan AH Nasion bermula dari usulan Ikatan Keluarga Nasution (Ikanas) kepada Wali Kota Jakarta Selatan, Tri Kurniadi. Surat Instruksi Wali Kota Jakarta Selatan No 3 Tahun 2018 perihal Sosialisasi Pergantian Nama Jalan Mampang Raya, disebutkan sosialisasi perubahan nama itu berlangsung selama 30 hari, terhitung mulai 18 Januari 2018.
Sebagai pengingat, Jenderal AH Nasution merupakan Pahlawan Nasional dan salah satu tokoh yang menjadi sasaran dalam peristiwa Gerakan 30 September/PKI. Ia yang menginisisasi ide Dwifungsi ABRI pada tahun 1958 yang kemudian diadopsi selama pemerintahan Soeharto.
Nasution memiliki ajudan seorang letnan bernama Pierre Andreas Tendean. Tendean gugur ketika melindungi keluarga Nasution dari sergapan Pasukan Cakrabirawa. Pasca kematiannya, ia secara anumerta dipromosikan menjadi kapten.
Di kawasan Mampang, Kapten Tendean telah lebih dulu ditabalkan menjadi nama jalan yang berbatasan dengan perempatan Mampang Prapatan dan Jalan Wolter Monginsidi. Dapatkah mereka berdua kembali bersua, lewat nama jalan di kawasan Mampang Prapatan?
[Sas]