Jalan Panjang dan Peluang Kerja Sama Indonesia-Jerman

Jalan Panjang dan Peluang Kerja Sama Indonesia-Jerman
Founder Monday Media Group, Muchlas Rowi, dalam diskusi Kopi Pahit bertajuk "Diplomasi Indonesia-Jerman, Pendidikan dan Ekonomi", pada Minggu (19/9)/(Monitorday) 

MONITORDAY.COM - Forum Diskusi Kopi Pahit kembali menggelar seri webinar yang membahas mengenai potensi kerjasa sama Indonesia dengan negara-negara sahabat. Diskusi kali ini bertajuk "Diplomasi Indonesia-Jerman, Pendidikan dan Ekonomi", pada Minggu (19/9/2021) malam. 

Hadir sebagai pembicara, Founder Monday Media Group Muchlas Rowi, Wakil Duta Besar RI untuk Jerman Yul Edison, dan sebagai penaggap Akademisi Hubungan Internasional dari Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, Ratih Herningtyas. 

Dalam kesempatan itu, Muchlas menyampaikan bahwa hubungan Indonesia-Jerman tidak terlepas dari ingatan mengenai tokoh bangsa yang juga mantan Presiden Indonesia ketiga, BJ Habibie. 

Menurut Muchlas, Habibie menjadi bukti bahwa kerjasama bidang pendidikan dengan Jerman telah melahirkan tokoh besar bagi Indonesia. Kerja sama tersebut hingga saat ini masih berlangsung dengan banyaknya pelajar Indonesia yang menimba ilmu di negara Eropa Barat itu. 

"Soal pendidikan ini cukup luar biasa, saya lihat dari awal banyak sekali orang Indonesia yang belajar di sana, tercatat ada puluhan ribu," kata Muchlas. 

Sementara itu, kata Muchlas, jika ditarik jauh ke masa sebelum kemerdekaan, ada juga sosok pelukis hebat asal Indonesia yang sempat belajar dan menetap di Jerman, yakni Raden Saleh.

Berkat kehebatannya, Raden Saleh menjadi salah satu pelukis terkenal pada masanya, dan banyak mendapat penghargaan dari pemerintah Jerman. Menurut Muchlas, terdapat juga beberapa tokoh lain yang menandakan hubungan persahabatan Indonesia-Jerman, bahkan jauh sebelum kemerdekaan.

Sementara itu, Wakil Dubes Yul Edison, mengatakan bahwa hubungan Indonesia-Jerman secara diplomastis memang baru dibangun pada tahun 1952, namun pada umumnya kerjasama kedua negara justru telah dibangun sejak lama. 

"Kantor cabang Siemens AG telah dirikan di Jawa sejak tahun 1909, dan bahkan hubungan antara Jerman dan Indonesia dalam bidang kedokteran telah terjadi lebih dari 500 tahun," kata Yul Edison. 

Adapun saat ini, kata Edison, Jerman bisa menjadi mitra penting bagi Indonesia dalam penguatan sumber daya manusia. Khususnya, penguatan pendidikan vokasi, penguatan riset dan penguatan universitas berbasis teknologi. 

"Saat ini terdapat sekitar 8.000 orang mahasiswa Indonesia di Jerman dalam berbagai jenjang mulai dari sekolah bahasa hingga program doktoral," ujar dia. 

Edoson menambahkan, Jerman juga merupakan pasar menjanjikan bagi kopi, dengan nilai sebesar USD 7,7 milyar. Namun demikian, saat ini Indonesia hanya berada di posisi ke-9 dari negara eksportir kopi ke Jerman dengan share sebesar hanya 1,78%. 

"Jerman juga dapat dijadikan mitra dalam mewujudkan Indonesia Spice Up the World dengan target 4.000 restoran Indonesia di luar negeri dan peningkatan ekspor rempah hingga USD 2 Milyar pada 2024," Jelas Edison.