Isra Mikraj Momentum Gerakan Perubahan Bangsa

Isra Mikraj seharusnya menjadi momentum berbenah diri memperbaiki kualitas keimanan yang berujung pada gerakan perubahan menuju kehidupan berbangsa yang lebih gemilang.

Isra Mikraj Momentum Gerakan Perubahan Bangsa
Ilustrasi

MONDAYREVIEW.COM – Hari ini, 24 April 2017 umat Islam Indonesia  memperingati hari Isra Mikraj Nabi Muhammad SAW. Beragam acara pun digelar untuk menyemarakan hari besar umat Islam ini. Isra Mikraj yang diperingati setiap tahun seharusnya menjadi momentum berbenah diri memperbaiki kualitas keimanan yang berujung pada gerakan perubahan menuju kehidupan berbangsa yang lebih gemilang.

Isra Mikraj merupakan kejadian maha agung sepanjang sejarah manusia. Kejadian tersebut sangat sulit diterima oleh akal manusia. Mana mungkin perjalanan Isra yang dimulai dari Masjidilharam di Kota Makkah  ke Masjidilaqsa di Baitul Maqdis Palestina; dan Mikraj perjalanan dari Masjidilaqsa menuju Sidratil Muntaha (langit ketujuh) hanya ditempuh hanya satu malam.

Padahal untuk perjalanan dari Makkah ke Palestina menggunakan kendaraan paling canggih pada masa itu, unta/kuda membutuhkan waktu kurang lebih 3 bulan. Sementara itu untuk menuju ke langit ketujuh yang jaraknya  milyaran kilometer dibutuhkan waktu ribuan tahun jika menggunakan kendaraan yang memiliki kecepatan cahaya. Sehingga, apabila tidak dilandasi keimanan yang tulus, jujur dan ikhlas, maka perjalanan spiritual nabi Muhammad SAW akan dipandang sebagai  sebuah peristiwa ‘ilusi atau halusinasi”.

Momentum Perubahan Bangsa

Setiap tahun, umat Islam di penjuru dunia termasuk umat Islam Indonesia memperingati perjalanan maha agung, Isra Mikraj. Seharusnya perjalanan spriritual yang dialami oleh nabi Muhammad SAW menjadi mementum untuk memperbaiki kehidupan umat Islam Indonesia untuk memberikan kontribusi positif dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.

Muhbib Abdul Wahab, dosen UIN Syarif Hidayatullah Jakarta mengungkapkan bahwa peristiwa Isra Mikraj sarat dengan pendidikan holistis integratif. Peristiwa Isra Mikraj merupakan mukjizat kenabian Muhammad yang terjadi setelah istri tercinta Khadijah dan pamannya Abu Thalib meninggal.

Secara psikologis, Isra Mikraj merupakan strategi Allah untuk menghibur kekasihnya yang sedang berduka. Selain itu, peristiwa agung ini juga merupakan sebuah psikologi pendidikan yang dalam hal ini Allah sebagai pendidik, Jibril sebagai fasilitator, alam semesta sebagai laboratorium dan media pendidikan, sedangkan perjalanan profetik dari ( dari Masjidilharam ke Masjdilaqsa dan menuju Sidratil Muntaha dengan melintasi tujuh langit kehidupan lalu kembali ke Makkah) sebagai pengalaman belajar yang holistis integratif.

Tujuan utama Allah mengisra-mikrajkan nabi Muhammad SAW adalah menunjukkan kemahabesaran Allah SWT.  Buah dari perjalanan yang agung nan suci adalah kewajiban untuk menunaikan sholat lima waktu. Sholat merupakan ibadah yang sungguh berat, sehingga perintah kewajiban sholat harus dengan memikrajkan nabi-Nya hingga Sidratil Muntaha. Sementara kewajiban syariat lannya cukup diwahyukan melalui Jibril AS.

Sholat memiliki kedudukan yang sangat penting bagi umat Islam. Sehingga untuk mendapatkan perintah sholat, Allah SWT harus bertemu langsung dengan Nabi-Nya di Sidratil Muntaha.

Sholat merupakan amal ibadah yang menjadi tolak ukur kualitas keimanan seseorang. Apabila sholatnya baik dan benar, maka kualitas kehidupannya dalam kehidupan bermasyarakat akan baik dan memiliki nilai kebermanfaatan. Sebaliknya, jika sholatnya rusak, maka keimannnya tidak memiliki kebermanfaatan bagi masyarakat. 

Sebagai umat yang memiliki jumlah terbanyak di Indonesia, umat Islam Indonesia harus memaknai Isra Mikraj secara utuh, dengan selalu memperbaiki kualitas sholatnya. Karena indikator sholat yang sukses adalah bermuara pada pembentukkan karekter dan integritas moral muslim dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Yaitu mampu menjadi garda terdepan untuk mencegah dari perbuatan keji dan munkar. (QS Al-Ankabut: 45).

Perbuatan keji dan mungkar yang saat ini menjadi musuh bersama dalam kehidupan berbangsa dan bernegara adalah korupsi. Korupsi merupakan sumber kehancuran bangsa Indonesia. Perbuatan korup yang dilakukan oleh para pejabat akan menghambat dan menghentikan pembangunan dari sebuah bangsa. Dampak dari korupsi akan memunculkan berbagai masalah sosial;  seperti kebodohan, kemiskinan dan ketimpangan sosial.

Spirit untuk membrantas korupsi harus menjadi gerakan yang sinergis oleh seluruh umat Islam, baik yang berada di lemba eksekutif, legislatif dan yudikatif. Selain ini spirit ini juga harus dilakukan semua umat Islam baik yang menjadi pedagang, dosen, dan lain sebainya. Apabila spirit untuk memberantas koruspsi mampu ditegakkan, maka kehidupan berbangsa ini akan diwarnai dengan keadilan dan kesejahteraan.

Selain itu, sholat merupakan pangkal pendidikan mental spriritual yang harus mampu diaktualisasikan melalui sholat yang sukses, bukan sholat yang akan mencelakaan bagi pelakunya (Qs Al-Ma’un:4-7) karena pelakunya tidak menerjemahkan pesan-pesan moral sholat dalam kehidupan keluarga, masyarakat dan bangsa.

Umat Islam yang sukses dalam sholatnya harus mampu menebar kebaikan sosial. Apabila tidak mampu menebarkan kebaikan sosial seperti digambarkan ayat di atas, meskipun telah menunaikan sholat lima waktu, maka di hadapan Allah mereka termasuk orang-orang yang celaka.

Selain Sholat, tujuan yang terkandung dalam Isra Mikraj mengedukasi dan mengispirasi Nabi Muhammad SAW dan umat manusia untuk berwawasan luas, berfikir kreatif, mengembangkan pendidikan holistik integratif dengan menjelajahi alam semesta dan memajukan sains dan teknologi.

Isra Mikraj memberikan modal bagi umat muslim untuk memiliki pandangan holistis bahwa tauhidlah itu harus ditindaklanjuti dengan tauhid al-ummah (Integrasi umat) dan tauhid al-al-khalq (Integrasi penciptaan) sehingga manusia memiliki pandangan luas dan kompreshensif.

Pendidikan iman juga harus diintegrasikan dengan ilmu dan amal. Sebab iman saja tanpa  ilmu  dan amal tidak bermakna apa-apa. Isra Mikraj membuka cakrawala luas dan melintasi batas dimensi yang berbeda sehingga memotivasi umat Islam untuk mengembangkan ilmu dan teknologi.

Jika spririt tersebut dilakukan sepenuh hati dan perjuangan yang tulus maka umat Islam akan menjadi umat yang unggul dibanding umat yang lainnya. Umat Islam yang didalamnya dipenuhi dengan manusia yang berilmu dan beriman. Apabila ini terwujud kejayaan umat Islam di Indonesia bahkan di dunia akan terwujud.    

Semoga Isra Mikraj Muhammad SAW di tengah-tengah tantangan berbangsa yang semakin komplek ini bukan sekedar perjalanan spiritual mendekati dzat yang maha suci, melainkan juga menjadi perjalanan kemanusiaan yang membawa kesucian hati dan pikiran secara holistis menuju keluhuran moral dan keagungan peradaban bangsa di masa depan.

Keagungan peradaban diwarnai dengan nilai-nilai kejujuran, keadilan dan keberpihakan kepada masyarakat kecil. Apabila ini sudah terbentuk maka islam sebagai rahmat bagi semesta alam akan bener-benar hadir. Islam yang memberikan kesejukan dan kedamaian bagi seluruh umat manusia dengan menjujung semangat kemanusiaan, yang membebaskan dari kemiskinan, kebodohan dan ketimpangan sosial.