Inilah Alasan Global Hub Kayangan di Lombok Terus Diperjuangkan
Setelah menjadi kawasan andalan nasional, diprediksi akan menjadi pelabuhan terbaik yang akan mengalahkan Selat Malaka dan Singapura.

MONDAYREVIEW.COM- Anggota Komisi VII DPR RI, Kurtubi mendukung penuh pembangunan Global Hub Kayangan di Lombok Utara. Perjuangan tersebut harus terus di dengungkan. Pasalnya setelah menjadi kawasan andalan nasional pelabuhan internasional itu diprediksi akan menjadi pelabuhan terbaik. Bahkan, akan mengalahkan Selat Malaka dan Singapura.
“Global Hub harus terus kita perjuangkan bersama-sama,” kata Kurtubi dalam pesan tertulisnya kepada redaksi, Rabu (17/5).
Legislator dari dapil NTB ini mengatakan nantinya pelabuhan internasional ini harus terintegrasi dengan kilang minyak. Kurtubi mengungkapkan jika hal tersebut terwujud maka akan memberikan manfaat yang sangat besar untuk kepentingan pertahanan energi di wilayah timur Indonesia.
“Ini sangat dibutuhkan demi efensiensi perdagangan internasional, dan efensiensi biaya distribusi BBM ke kawasan Indonesia Timur demi kepentingan pertahanan energi nasional,” jelasnya.
Politikus Partai NasDem ini mengungkapkan dengan adanya Global Hub Kayangan biaya angkut perton barang-barang niaga dari Eropa, Afrika dan Australia yang ke Jepang, Korea, Taiwan dan China akan menjadi lebih murah melalui selat Lombok. Karena bisa menggunakan kapal-kapal niaga raksasa yang bisa lewat di selat Melaka dan Singapura.
“Kapal-kapal niaga raksasa butuh pelabuhan singgah yang berada di perairan dalam seperti di Kayangan, baik untuk mengisi BBM sekaligus memberikan bahan baku untuk diolah oleh industri di Kota Baru Kayangan,” tegasnya.
Kendati begitu, kembali dijelaskannya, Investasi Global Hub Kayangan tidak hanya sekadar membangun pelabuhan. Dibutuhkan suplai listrik untuk pelabuhan laut dunia, kilang BBM dan kota baru yang modern. Energi listrik yang dibutuhkan dalam jumlah sangat besar yang mencapai 500 MW. Bahkan jika digabung, kebutuhan listrik untuk pembangunan Smelter di KSB dengan kapasitas dua juta ton, dan industri hilirnya seperti pabrik kabel listrik, pabrik semen, pupuk dan petrokimia, dibutuhkan sekitar 1.000 MW.
Untuk itu sambungnya, selain investasi fisik, juga dibutuhkan persiapan SDM yang handal dalam bidang kemaritiman. Karena itu, ia sudah meminta Menteri Riset Dikti untuk segera mengeluarkan izin sekolah akademi Maritim Lombok di Tanjung Luar. “Sewaktu rapat komisi, saya sudah menyerahkan Surat Permohonan Izin Operasi Akademi Maritim Lombok kepada Menteri Riset Dikti,” demikian Kurtubi.