Ini Makna di Balik Logo Peringatan Hari Pendidikan Nasional 2020
Pada peringatannya tahun ini, Hardiknas akan dilambangkan dengan sebuah logo berbentuk bintang yang menggambarkan sebuah misi dan harapan akan dunia pendidikan Indonesia.

MONITORDAY.COM - Hari Pendidikan Nasional (Hardiknas) akan kembali diperingati tahun ini bertepatan dengan hari ulang tahun pahlawan nasional yang juga Bapak Pendidikan Indonesia, Ki Hadjar Dewantara pada tanggal 2 Mei.
Pada peringatan tahun ini, Hardiknas akan mengusung tema "Belajar dari Covid". Hal ini sesuai dengan kondisi saat ini di mana masyarakat, dan seluruh insan pendidikan tengah menghadapi wabah Corona Virus Disease 2019 (Covid-19).
Peringatan Hardiknas Tahun 2020 akan dilambangkan dengan sebuah logo berbentuk bintang yang menggambarkan sebuah misi dan harapan akan dunia pendidikan Indonesia.
Logo tersebut terdiri dari tiga unsur yakni bintang, keceriaan, dan pena. Setiap unsurnya memiliki makna filosofis yang berisi gambaran proses pendidikan Indonesia yang bertujuan untuk menciptakan generasi cerdas berkarakter. Adapun makna setiap unsurnya sebagai berikut:
Bintang, menggambarkan semangat Hardiknas yang selaras dengan visi dan misi pemerintah untuk melahirkan generasi Indonesia yang cerdas berkarakter. Dengan garis luwes menggambarkan semangat adaptif dan tangguh menghadapi perubahan zaman yang sangat dinamis.
Keceriaan, menggambarkan suasana pendidikan Indonesia yang menggembirakan, penuh dengan antusiasme, dan gotong royong serta partisipasi publik.
Pena, menggambarkan proses pendidikan sebagai sebuah proses penciptaan mahakarya yang memerlukan perpaduan holistik antara kemampuan intelektual, emosional, dan spritual dalam pelaksanaan.
Selain ketiga unsur itu, pemilihan warna gradasi pada logo tersebut juga memiliki arti sebuah semangat kreativitas dan inovasi generasi muda dalam memaksimalkan potensinya.
Seperti diketahui, Hari Pendidikan Nasional diperingati setiap tanggal 2 Mei, bertepatan dengan hari lahir Ki Hadjar Dewantara. Ia dikenal karena berani menentang kebijakan pendidikan pemerintah Hindia Belanda pada masa itu, yang hanya memperbolehkan remaja kelahiran Belanda atau orang kaya yang bisa mengenyam bangku pendidikan.
Kritiknya terhadap kebijakan pemerintah kolonial mengakibatkan ia diasingkan ke Belanda, dan ia kemudian mendirikan sebuah lembaga pendidikan bernama Taman Siswa sesudah kembali ke Indonesia.
Ki Hadjar Dewantara diangkat sebagai menteri pendidikan sesudah kemerdekaan Indonesia. Filosofinya, Tut Wuri Handayani (di belakang memberi dorongan), digunakan sebagai semboyan dalam dunia pendidikan Indonesia. Ia wafat pada tanggal 26 April 1959.
Untuk menghormati jasa-jasanya terhadap dunia pendidikan Indonesia, pemerintah Indonesia menetapkan tanggal kelahirannya sebagai Hari Pendidikan Nasional. Selain itu, Ki hadjar juga dihormati sebagai bapak pendidikan nasional Indonesia.