Minim Diketahui, Ini Penting demi Kebaikan

Dalam kehidupan, dipenuhi dengan pengetahuan yang belum banyak ketahui dan sadar untuk dilakukan. Menjadi hal yang selayaknya bagi manusia untuk mencari tahu dan mengetahuinya. Sehingga terhindar dari hal yang tidak semestinya terjadi dan memiliki pengetahuan yang lebih demi kebaikan bersama.

Minim Diketahui, Ini Penting demi Kebaikan
Ilustrasi terkait penting untuk kita ketahui/(dictio)

MONITORDAY.COM - Pandemi Covid-19 yang saat ini terjadi telah berdampak pada penetapan oleh Pemerintah yaitu status Kedaruratan Kesehatan Masyarakat yang berujung pada pemberlakuan PSBB atau Pembatasan Sosial Berskala Besar di daerah-daerah yang berstatus Zona Merah di Indonesia.

Pembatasan sosial ini membuat setiap orang harus memiliki kedisiplinan dalam hal pelaksanaannya, seperti yang diimbau oleh Presiden kepada seluruh masyarakat, jika ingin pandemi ini segara dapat teratasi.

Kedisiplinan yang dimaksud oleh Presiden mengandung banyak aspek yang menuntut supaya masyarakat proaktif dan reaktif. Penting untuk berinisiatif lebih dalam hal proteksi diri dan tanggap ketika terindikasi terjadinya tindakan yang tidak sesuai.

Dilihat dari kejadian di lapangan, sebagian masyarakat belum memahami beberapa hal yang meski sering terabaikan, namun hal ini penting untuk diketahui dan dilakukan.

Pengetahuan berikut menyangkut kedisiplinan yang diimbau oleh Presiden. Karena kedisiplinan tanpa pengetahuan yang benar, tidak mengarahkan pada tujuan sebenarnya yang hendak dicapai.

1. Penggunaan masker
Menggunakan masker saat bepergian ke luar atas dasar kepentingan yang mendesak merupakan salah satu imbauan dari Pemerintah untuk wajib ditaati bagi masyarakat.

Masyarakat memang sudah banyak  yang menaati untuk menggunakan masker saat ke luar rumah. Namun masih ada yang belum memahami bagaimana penggunaan masker tersebut dengan baik dan benar.

Masker didesain sedemikian rupa untuk melindungi bagian mulut dan hidung dari percikan ataupun kontaminasi baik virus maupun zat/komponen lain yang tidak diinginkan masuk ke dalam tubuh.

Perlu diketahui arti guna dibalik desain masker yang memiliki lipatan-lipatan yang sering kita lihat. Bukan hanya untuk memudahkan masker menyesuaikan dengan bentuk wajah, namun juga untuk fungsi menghalau zat/komponen tersebut.

Maka penggunaan masker yang benar adalah bagian lipatannya mengarah ke bawah, sehingga zat/komponen yang dapat menyebar/mengalir karena sifatnya yang cair ataupun padat, tidak tertampung pada masker tersebut lebih lama, melainkan turun ke bawah dan potensi kontaminasinya menjadi kecil.

2. Penanganan masker
Dalam hal menangani masker setelah pakai, dianjurnya waktu efektif menggunakan masker yaitu 4 jam pemakaian, setelah itu masker jenis kain segera dicuci. Lain hal untuk masker yang hanya satu kali pakai, setelah itu dibuang/dipisahkan pada wadah/tempat khusus.

Apabila pada suatu kesempatan, kita harus keluar dan perlu untuk menggunakan masker, sementara masker kain yang kita punya hanya satu atau belum kering, dapat diambil langkah alternatif supaya setelah pakai jangan langsung dicuci, tetapi dijemur, kemudian jika ingin dipakai kembali, bisa dengan mensterilkannya dengan memanaskannya di atas api yang berjarak (secara tidak langsung kena dengan api) beberapa detik, prinsipnya sama seperti teknik aseptik pada kegiatan di laboratorium.

Bakteri/virus akan mati pada suhu yang panas. Sehingga masker kain tersebut bisa dipakai kembali. Selain itu, bisa juga ditambahkan aroma/minyak yang berbau herbal/sejenisnya sehingga nyaman untuk dihidung. Ingat, setelah selesai semuanya, langsung lakukan pencucian terhadap masker tersebut. Lebih baik lagi jika mempunyai cadangan masker yang lainnya, tidak hanya satu, sehingga dapat digunakan secara bergantian.

3. Penggunaan sarung tangan
Banyak masyarakat yang melakukan tindakan preventif ketika ke luar rumah,  dengan menggunakan sarung tangan. Beberapa jenis sarung tangan ada yang berbahan plastik, kain, hingga latex/karet yang biasa dipakai tim kesehatan/dokter.

Dengan kita melindungi setiap bagian tubuh kita yang aktif/berpotensi menjadi media penularan, seperti penggunaan sarung tangan, tetapi tidak lantas membuat kita lengah dan menurunkan tingkat kewaspadaan kita. Karena potensi kita membawa bakteri/virus tersebut lebih besar.

Kita tetap harus rajin mencuci tangan. Belum ada yang lebih efektif lagi yang dianjurkan sebagai tindakan preventif dibandingkan membersihkan bagian tubuh kita dengan sabun.

Sarung tangan berbahan latex/karet lebih baik dibandingkan sarung tangan jenis lainnya untuk pencegahan, karena selain dianjurkan dalam dunia kesehatan, juga bahannya yang efektif menangkal bakteri/virus. Untuk yang berbahan plastik lebih rawan tersobek dan yang berbahan kain lebih mudah menyerap karena tangan kita memiliki daya gerak yang tinggi sehingga mudah untuk menjadi lembab/basah.

4. Penanganan bahan pangan
Untuk faktor kedisiplinan terkait bahan pangan yang kita konsumsi sebagai asupan bergizi kita dalam meningkatkan sistem pertahanan tubuh, perlu diketahui dalam hal mengolah dan menyimpannya dengan baik dan benar.

Terlebih lagi di saat kita sulit untuk ke luar dan demi terjaminnya kelangsungan aktivitas di bulan puasa seperti saat ini dalam jangka waktu yang cukup lama. Jika dilakukan, dapat menghemat pengeluaran karena masih memiliki persediaan bahan pangan yang tersimpan dengan baik untuk kemudian diolah/dimasak kembali.

Sebelum disimpan bahan pangan tersebut, pastikan kondisinya bersih dengan mencucinya terlebih dahulu dengan air yang mengalir. Tujuannya supaya mikroorganisme/bakteri yang menempel menjadi berkurang. Kemudian jangan simpan dengan keadaan terbuka, pakailah wadah yang tertutup, karena untuk menjaga kandungan di dalamnya tidak cepat rusak.

Simpan pada lemari pendingin/kulkas. Bagi yang tidak memilikinya, dapat menggunakan es yang telah diberikan garam agar awet dan ditaruh pada wadah yang cukup besar serta dapat ditutup.

Bahan pangan akan awet tersimpan dalam jangka waktu yang cukup lama jika mikroorganisme/bakteri yang terkandung pada bahan pangan tersebut berkurang, karena mikroorganisme/bakteri tersebut yang membuat bahan pangan menjadi cepat basi dan layak konsumsi.

Kemudian kadar air juga berpengaruh. Semakin tinggi kadar airnya, semakin lebih cepat membuat bahan pangan membusuk. Maka lebih awet bahan pangan yang kering/kadar airnya rendah. Selain pengeringan, dapat juga dengan pengasapan seperti jaman dahulu. Karena asap kayu yang dihasilkan mengandung zat organik yang dapat mengawetkan makanan, yaitu formaldehyde.

Pada bahan pangan yang sudah diolah, dapat dimasak ulang atau dipanaskan seperti kebanyakan orang melakukannya. Tetapi pada makanan tertentu tidak bisa dipanaskan, seperti sayur bayam, karena selain kandungannya menjadi rusak, dapat berpotensi meracuni tubuh.

5. Cerita di balik APD/baju Hazmat
Perlu kita ketahui bersama, bagaimana perjuangan dibalik para tenaga medis sebagai garda terdepan dalam penanganan pandemi Covid-19 dan mereka juga yang paling rawan tertular virus tersebut.

Penggunaan baju Hazmat yaitu terdiri dari tiga lapis masker, kaca mata safety, pelindung rambut, baju Hazmat yang menutupi dari ujung kaki hingga ujung rambut, sarung tangan, sepatu safety hingga betis, dan pelindung wajah/face shield.

Jika seluruh perlengkapan tersebut digunakan, maka membuat di pengguna begitu panas/gerah, sulit bernapas, dan terasa tidak nyaman, ditambah lagi beban kerja sebagai tanggung jawabnya.

Banyak tenaga medis yang merasakan hal itu, tetapi mereka tidak mengeluh/menyerah, mereka tetap berjuang sebagai garda terdepan untuk memberikan pelayanan yang terbaik demi kesembuhan pasien.

Maka dari itu, sangat penting untuk kita disiplin mematuhi kebijakan dari Pemerintah untuk tetap di rumah saja dan jaga kebersihan. Jangan sampai semakin banyak dan lamanya tenaga medis dalam kondisi yang membuat mereka tidak nyaman dan berisiko.

Mereka juga manusia sama seperti kita yang layak untuk dimanusiakan dan mendapat perlindungan karena banyak yang mereka korbankan, yaitu tenaga, waktu, dan keluarga di rumah yang menunggu mereka dari kejauhan dan berdoa demi keselamatan mereka.

Disiplin itu adalah kunci. Proaktif dan reaktif adalah keharusan. Sementara rasa peduli merupakan sifat kemanusiaan yang sejatinya ada dalam diri kita yang selayaknya jadi budaya yang melekat dalam kehidupan kita. Penting untuk menjadikan pengetahuan yang benar sebagai landasan dalam setiap tindakan yang kita lakukan.