Ini Jawaban PDIP Atas Kritik Oposisi Soal Tol Suramadu Gratis

Politikus Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) Arteria Dahlan membantah kebijakan tersebut bermuatan politis. Menurutnya, anggapan tersebut tidak logis, mengingat Jokowi tidak mengratiskan tol yang mempunyai pengguna yang tinggi, yang nantinya akan lebih menguntungkan secara politis.

Ini Jawaban PDIP Atas Kritik Oposisi Soal Tol Suramadu Gratis
Politisi PDIP Arteria Dahlan/foto: istimewa

MONITORDAY.COM - Kebijakan Presiden Jokowi menggratiskan tol Jembatan Suramadu mendapat kritik dari kubu oposisi. Mereka menilai kebijakan ini bermuatan politis, untuk mendulang suara warga Madura di Pilpres 2019.

Menggapi hal itu, Politikus Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) Arteria Dahlan membantah kebijakan tersebut bermuatan politis. Menurutnya, anggapan tersebut tidak logis, mengingat Jokowi tidak mengratiskan tol yang mempunyai pengguna yang tinggi, yang nantinya akan lebih menguntungkan secara politis.

"Kalau Pak Jokowi kebijakannya bermotif politik, kenapa tidak di ruas tol yang padat trafficnya seperti Jagorawi. Jelas tuh berapa juta mobil yang masuk per hari, dikalikan dengan jumlah kepala keluarga pastinya sangat menguntungkan dari sisi politis," ujar Arteria, dalam keterangan tertulisnya, Selasa (29/10).

Ia berpendapat, bahwa kebijakan dilakukan demi keadilan sosial bagi masyarakat. Ia menjelaskan, bahwa kebijakan ini muncul setelah melalui proses yang panjang. Proses itu bermula dari penggratisan sepeda motor dan 50 persen bagi kendaraan roda empat. Menurutnya, saat itu, penggratisan dan pemotongan tarif belum memberikan dampak ekonomi, pertumbuhan ekonomi, kepada masyarakat di Pulau Madura.

"Jadi harus diberi insentif lagi. Lagi pula pembebasan ini tidak menimbulkan gangguan berarti dari sisi pendapatan sebelumnya," imbuh Anggota Komisi III DPR ini.

Lebih lanjut, Ia meminta meminta semua pihak untuk yakin bahwa jembatan non tol bisa memperbaiki pertumbuhan ekonomi Kota Madura. Serta meningkatkan ekonomi dari sektor pariwisata.

"Percayalah, empat tahun ini kan terlihat, bahwa Pak Jokowi itu lebih memilih bekerja dan meninggalkan legacy kebangsaan ketimbang berprasangka. Bahkan saat ini kan sdh memasuki masa kampanye, beliau justeru belum berpikir untuk berkampanye," tuturnya.

Kemudian, Arteria berpesan kepada pengkritik pemerintah agar mengkaji lebih dalam dan mempelajari kasusnya, sebelum mengutarakan pendapatnya untuk mengkritik.

"Makanya kalau jadi oposisi juga harus paripurna kajiannya, harus tahu bahwa mereka yang mempermasalahkan," pungkasnya.