Ingin Pisahkan Agama dan Politik, Jokowi Dinilai Ingkari Jati Diri Bangsa
Pemisahan agama dan politik sama saja mengingkari jati diri sebagai bangsa Indonesia yang menjunjung tinggi agama sebagai fondasi.

MONDAYREVIEW.COM- Pengamat Politik dari Universitas Jayabaya Igor Dirgantara menilai Presiden Joko Widodo ingin mengubah Indonesia menjadi negara sekuler. Pasalnya dalam imbauannya mantan guburnur DKI Jakarta ini meminta semua pihak untuk memisahkan urusan politik dan agama untuk menghindari gesekan antar umat.
Igor mengatakan bahwa alasan Presiden Jokowi kurang tepat. Pasalnya yang memicu gesekan bukanlah agama, tapi ada oknum-oknum tertentu yang menunggangi agama untuk kepentingan politik.
“yang bermasalah itu oknumnya. Bukan agamanya. Karena agama pada dasarnya baik,” kata Igor kepada awak media, Rabu (29/3).
Lebih lanjut ia menuturkan bahwa politik dan agama di Indonesia selama ini saling menguatkan. Bahkan hadirnya agama menjadi penopang dan memiliki pengaruh yang besar dalam mengambil sebuah keputusan. Sehingga seluruh partai politik di Indonesia mengadopsi spirit nasionalisme religius meskipun mereka adalah parpol nasionalis.
Baginya pemisahan agama dan politik sama saja mengingkari jati diri sebagai bangsa Indonesia yang menjunjung tinggi agama sebagai fondasi. Pasalnya agamalah yang telah menyinari kehidupan berbangsa dan bernegara di Indonesia. Itu sebabnya, sila pertama dalam Pancasila menyebut Ketuhanan Yang Maha Esa yang juga disebut dalam Pembukaan UUD 1945.
"Hal demikian sebenarnya menjelaskan bahwa bangsa Indonesia adalah bangsa yang memuat sisi keagamaan sebagai filosofi kehidupannya sehari-hari dalam bernegara," demikian Igor.