Ingin Kuliah di Universitas Al-Azhar Mesir? Waspadai ini

MONITORDAY.COM - Universitas Al-Azhar Mesir adalah sebuah lembaga pendidikan yang magnetnya terasa hampir ke seluruh pelosok dunia. Ia terkenal bukan karena kualitas bangunanya yang megah, tetapi karena kesohoran ulama yang menjadi lulusan lembaga itu. Untuk itu, hampir setiap orang tua yang memiliki anak yang memiliki hobi ilmu agama mereka selalu bercita-cita agar anaknya dapat kuliah di Al-Azhar Mesir dan lulus menjadi salah satu ulama menyandang sebutan “Azhari.”
Hampir setiap tahun terdapat sekitar 5-9 ribu pelajar/santri yang mengikuti seleksi untuk kuliah di Al-Azhar Mesir. Sebuah jumlah yang sangat fantastis. Mereka ‘bersaing’ untuk meraih kesempatan tersebut, baik dengan jalur beasiswa maupun mandiri.
Bulan-bulan seperti ini adalah waktu yang sangat krusial bagi para siswa SLTA/MA/Pesantren atau yang sederajat dalam memilih lembaga pendidikan idaman untuk melanjutkan studi mereka ke perguruan tinggi yang mereka yakini dapat menjadi media untuk mewujudkan impian di masa depan mereka. Demikian pula halnya dengan Universitas Al-Azhar Mesir yang selalu menjadi salah satu perguruan tinggi keislaman di luar negeri.
Untuk mewujudkan cita-cita tersebut, para/santri pelajar tidak cukup bermodal tertarik, ingin dan mau. Ia harus disertai keinginan keras dan ketekunan, disempurnakan dengan kesiapan akademik dan finansial. Selain itu, perlu juga bekal informasi yang valid dan dapat dipertanggungjawabkan perihal segala hal terkait: Bagaimana proses adminitratif mendaftar ke Al-Azhar Mesir? Apa saja yang harus disipkan sejak dini? Kepada siapa harus bertanya? Perlukah persiapan materi dan akademik?
Pertanyaan-pertanyaan ini harus sudah terjawab oleh para santri/siswa yang berminat studi ke Al-Azhar Mesir, sebelum mereka benar-benar mendaftarkan diri mengikuti seleksi ke Mesir. Tujuan menguasai jawaban-jawaban tersebut adalah supaya para santri/siswa tidak menjadi sasaran empuk ‘penipuan’ bermodus ‘membantu’ yang dilakukan oleh mereka yang hanya mencari keuntungan materi dari ketidaktahuan para santri yang berminat studi di Al-Azhar Mesir.
Praktek di lapangan banyak menunjukkan masih banyaknya para pelajar/santri yang masih awam perihal informasi seputar mekanisme seleksi dan pendaftaran ke Universitas Al-Azhar. Beruntung jika mereka memiliki senior atau kerabat yang sedang studi di Al-Azhar, dimana mereka dapat mencari informasi valid darinya, sehingga terhindar dari praktek-praktek tidak terpuji yang memanfaatkan keluguan para pelajar tersebut.
Akan tetapi, jumlah mereka yang tidak memiliki rujukan untuk bertanya jauh lebih banyak, sehingga mereka sangat mengandalkan informasi alakadarnya untuk meraih kesempatan tersebut. Akhirnya, mereka mengalami kerugian material yang tidak sedikit. Bahkan, atas janji manis oknum broker, mereka tergiur terjun bebas ke Mesir dengan dalih dan janji-janji tersebut. Dan mereka terlantar di Mesir.
Mereka tidak mengikuti seleksi yang diselenggarakan pemerintah (Kemenag RI), sehingga tidak mungkin mendapatkan surat rekomendasi dari KBRI (saat ini Kemenag RI) untuk mendaftar di Al-Azhar. Sering juga, ijazah mereka tidak terakreditasi dengan Al-Azhar atau kadaluarnya. Akibatnya dapat di tebak, mereka akan sangat kesulitan diterima di Al-Azhar. Oleh karena itu, hampir setiap tahun kita menemukan pelajar Indonesia yang terlantar di Mesir; pulang malu, tak pulang hidup makin malang, padahal tak jarang, orang tua mereka sudah menjual harta paling berharga yang mereka miliki: tanah, ruko bahkan tempat usahanya.
Secara umum, penyebab utama terjadinya kasus keterlantaran santri asal Indonesia di Mesir adalah:
Pertama, minimnya informasi valid yang mereka terima, dimana para camaba diguyur informasi-informasi berangin surga, dengan janji-janji yang membuai, seolah-olah Al-Azhar ada di bawah kekuasaannya, sehingga dapat mengatur kebijakan Al-Azhar. Tak jarang, oknum mediator itu adalah teman dekat, teman se almamater teman se kampung dan lain sebagainya. Hanya saja, ketulusan telah sirna, sehingga yang ada adalah angin surga palsu.
Kedua, minimnya informasi perihal kehidupan ril mahasiswa Indonesia di Mesir serta kiat menaklukkan berbagai kesulitan dan rintangan selama studi di Al-Azhar. Bisa jadi siswa tersebut berhasil berangkat ke Mesir secara illegal dan mengikuti ketentuan yang berlaku. Hanya saja, seringkali mereka tidak mengerti bagaimana memanfaatkan waktu luang setelah perkuliahan. Oleh sebab itu, ada mahasiswa yang memanfaatkan waktu luang tersebut untuk hal-hal yang sangat mendukung tujuan mereka studi di Mesir. Tetapi tak jarang pula mereka yang menggunakannya untuk hal yang tidak mendukung studi, bahkan bertolak belakang dengan tujuan studi.
Untuk itu, para siswa yang berminat ke Mesir, perlu memecahkan beberapa pertanyaan berikut sebelum mereka benar-benar mendaftarkan diri ke Universitas Al-Azhar: Mengapa memilih Al-Azhar? Bagaimana cara mendaftar di S1 Al-Azhar supaya tidak tertipu dan terlantar? Bagaimana mempersiapkan diri untuk studi di Al-Azhar? Apa saja kendala yang biasa dihadapi mahasiswa di Al-Azhar? Benarkah studi di Al-Azhar susah? Apa saja kiat-kiat agar sukses di Al-Azhar? Bagaimana mengisi waktu luang untuk menambah wawasan keilmuan mereka?
Bagi siapapun, keberadaan pelajar dan mahasiswa Indonesia di Universitas Al-Azhar Mesir merupakan sebuah kebanggaan dan anugerah bagi bangsa Indonesia. Apalagi sejarah membuktikan bahwa pelajar dan mahasiswa Indonesia di Mesir telah menjadi motor perjuangan dan misi diplomatik bangsa ini, terutama pada masa-masa perjuangan diplomasi pengakuan kemerdekaan, sehingga Mesir menjadi negara pertama yang mengakui kemerdekaan RI.
Untuk itu, sebelum benar-benar menentukan pilihan dan mendaftar tes di Kemenag RI, sebaiknya para santri/pelajar menggali informasi sebanyak mungkin, baik perihal mekanisme pendaftaran dan seleksi, maupun mekanisme keberangkatan. Selain itu, jangan sampai para santri terbuai oleh siapapun yang menawarkan keberangkatan kuliah di Mesir tetapi tanpa mengikuti seleksi di Kemenag RI. Hampir dapat dipastikan, ajakan ini tidak benar dan akan berakibat fatal kepada para santri yang telah menjadi calon mahasiswa Al-Azhar.
Selain itu, kita perlu memperhatikan nasehat Imam Syafii RA bahwa di antara syarat kesuksesan ilmu adalah bulghatun (bekal) yang memadai. Tetapi ini tidak harus dimaknai, bahwa hanya orang ber “uang” yang boleh sekolah di Al-Azhar. Bekal yang dimaksud adalah sesuatu yang sesuai dengan standar keumuman kebutuhan harian manusia. Tentu saja, ada orang-orang yang memiliki daya tarung yang sangat kuat, dimana ia dapat bertahan pada situasi sesulit apapun dan ia tetap dapat menunaikan kewajiban menuntut ilmu pada situasi sulit itu.
Di sisi lain, kredibilitas penyelenggaraan seleksi studi ke Al-Azhar Mesir yang dilaksanakan oleh Kementerian Agama RI, perlu terus dievaluasi dan ditingkatkan, baik dari sisi sistem maupun dari aspek pelaksana (mereka yang diberi amanah sebagai pelaksana seleksi).
Kredibilitas sistem dan penyelenggaraan seleksi di Kemenag RI memiliki andil besar dalam menentukan keberhasilan seseorang untuk studi di Al-Azhar secara sah dan dengan cara yang syar’i. Dalam hal ini, Kemenag RI harus menjadi tauladan utama bagi bangsa, dimana ia tidak boleh mentolelir sedikitpun setiap indikasi praktek menyimpang dalam proses seleksi studi ke Mesir yang dilakukan oknum, terutama jika ada oknum yang mengondisikan adanya praktek KKN.
Wallahu ‘Alam