Indonesia Tersenyum, Tren Positif Kinerja Keuangan BUMN  Memberi Asa

Indonesia Tersenyum, Tren Positif Kinerja Keuangan BUMN  Memberi Asa
Menteri BUMN Erick Thohir/ net

MONITORDAY.COM - Perbaikan dan pembenahan BUMN telah memperlihatkan hasil yang menggembirakan. Di bawah komando Erick Thohir Kementerian BUMN melakukan perbaikan besar pada perusahaan-perusahaan plat merah. Yang lama merugi mulai meraih laba, yang terpukul pandemi mulai bangkit kembali. 

Salah satu tolok ukur perbaikan BUMN adalah perbaikan kinerja keuangan. Utang luar negeri (ULN) badan usaha milik negara (BUMN) menunjukkan penurunan sejak Januari 2022. Meski perbaikan ini didorong oleh pembayaran utang yang jatuh tempo di akhir tahun 2021, tren ini memberikan harapan besar pada pemulihan ekonomi nasional. 

Utang BUMN bukan utang Pemerintah meski dapat dianggap sebagai utang publik karena dampaknya dapat mempengaruhi anggaran publik. Mengingat BUMN adalah perusahaan yang dikelola sebagaimana perusahaan swasta. Menurut catatan Bank Indonesia (BI) mencatat, ULN BUMN pada akhir Februari 2022 sebesar US$ 58,34 miliar, turun 0,25% dibandingkan dengan posisi pada Januari 2022 yang sebesar US$ 58,5 miliar. 

Posisi ini  lebih rendah jika dibandingkan dengan periode yang sama pada 2021 yang sebesar US$ 58,8 miliar.  Secara tahunan utang luar negeri BUMN turun 0,77% year on year (yoy).

Perbaikan kinerja BUMN dapat terlihat pada holding BUMN Perkebunan, PT Perkebunan Nusantara III (Persero) mencetak berbalik laba tumbuh 5 kali lipat pada tahun buku 2021 dari posisi rugi pada 2020. 

Berdasarkan laporan keuangan per 31 Desember yang telah diaudit, Holding Perkebunan Nusantara (PTPN) III (Persero) kinerja keuangan perusahaan plat merah ini layak diapresiasi. 

Holding perkebunan mampu membukukan laba konsolidasi sebesar Rp4,64 triliun pada 2021. Pencapaian tersebut meningkat Rp5,73 triliun atau sekitar 500 persen dibandingkan laba perusahaan pada 2020. PTPN Group masih mengalami kerugian sebesar Rp1,14 triliun kala itu. 

Di sektor konstruksi PT Wijaya Karya Tbk (WIKA) mencatat laba Rp 117,67 miliar tahun lalu. Laba bersih emiten BUMN ini turun 36,66% jika dibandingkan dengan laba tahun 2020 yang mencapai Rp 173,79 miliar.

WIKA mengambil langkah aman dengan mengamankan dananya. Sehingga Rapat umum pemegang saham tahunan (RUPST) WIKA yang berlangsung pada 12 April 2022 tidak memutuskan adanya pembagian dividen. RUPST menetapkan dua penggunaan laba bersih tahun lalu.

Pada 14 April 2022, melalui forum tertinggi RUPST WIKA menetapkan Rp 54,67 miliar sebagai dana cadangan. Sedangkan sebesar Rp 63 miliar diatribusikan sebagai imbal hasil atas penerbitan Surat Berharga Perpetual I WIKA Tahun 2018 secara kuartalan sampai dengan opsi tebus atas penerbitan direalisasikan.

Kabar menggembirakan juga datang dari sektor energi. PT PLN (Persero) mampu melakukan upaya pelunasan utang yang dipercepat sekitar Rp 51 triliun selama dua tahun pada periode 2020 dan 2021. Dengan rincian Rp 30,8 triliun pada 2020, dan 21,7 triliun pada 2021. Pelunasan ini memberi dampak yang besar pada perbaikan kinerja keuangan PLN dan secara umum pada laporan keuangan BUMN secara keseluruhan. 

Pekerjaan berat masih menghadang Erick untuk menyelamatkan maskapai plat merah yang harus berjuang keras setelah hantaman pandemi. Utangnya saat ini 138,88 triliun. Dari jumlah utang tersebut, utang lessor (penyewa pesawat) tercatat mencapai US$ 9 miliar atau setara Rp 128 triliun. Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) menargetkan total seluruh utang PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk (GIAA) bisa turun menjadi Rp 52,39 triliun (asumsi kurs Rp 14.200/US$).  Dimana sekira Rp 37 triliun diantaranya adalah utang kepada para lessor.