Bioskop Sepi Karena Pandemi
Ada beberapa hal yang berbeda yang membuat mengunjungi bioskop di kala pandemic tidak memuaskan sebagaimana sebelum pandemic.

MONDAYREVIEW.COM – Pemerintah mengeluarkan kebijakan mengizinkan kembali dibukanya bioskop di kala pandemic. Hal ini tidak diberlakukan bagi seluruh bioskop se-Indonesia, namun hanya beberapa bioskop di beberapa kota yang ditentukan. Kota-kota tersebut diantaranya Bandung dan Bekasi. Bioskop yang dibuka diwajibkan menerapkan protocol kesehatan guna pencegahan covid-19. Sebelumnya selama beberapa bulan industry bioskop tanah air mesti gigit jari karena tidak bisa beroperasi. Ribuan karyawan bioskop mesti dirumahkan sementara. Adanya pembukaan kembali bioskop walaupun belum seluruhnya memberikan secercah harapan bagi pengusaha dan karyawan bioskop.
Protokol kesehatan yang wajib diterapkan selama pandemic diantaranya mendata para pengunjung. Sebelum masuk ke bioskop, pihak keamanan meminta pengunjung untuk menscan barcode yang berisi form data si pengunjung. Data tersebut diantaranya berisi nama, nomor hp, dan nomor ktp. Protokol lainnya adalah social distancing yang diterapkan dengan menerapkan jarak antara kursi penonton. Kita tidak bisa lagi duduk bersebelahan dengan pengunjung lainnya, namun dipisahkan oleh satu kursi. Untuk pembelian tiket sendiri masih bisa dilakukan secara tunai, walaupun dianjurkan dengan transaksi non tunai.
Ada beberapa hal yang berbeda yang membuat mengunjungi bioskop di kala pandemic tidak memuaskan sebagaimana sebelum pandemic. Hal ini karena persediaan film bioskop bukan yang paling update, namun film terdahulu yang ditayangkan. Hal ini membuat selera penonton tidak bisa sepenuhnya terpenuhi. Namun hal ini juga bisa dimengerti karena para produsen film terbaru harus menunggu filmnya ditayangkan mengingat banyak film yang mengantri sebelumnya untuk ditayangkan. Para produsen film pun harus berpikir apabila akan menayangkan film sekarang dimana pengunjung bioskop tidak sebanyak dulu.
Ketua Gabungan Pengusaha Bioskop Seluruh Indonesia (GPBSI), Djonny Syafruddin mengatakan, ada dua kesulitan yang dirasakan oleh pegusaha bioskop hingga saat ini. Meskipun bioskop sudah diperbolehkan untuk beroperasi kembali. Salah satunya adalah sulitnya mendapatkan stok film untuk ditayangkan. Karena para produser juga masih enggan menjual ke layar lebar dan memilih untuk menaruh di platfom digital. Oleh karena itu lanjut Djonny, akhirnya para pengusaha bioskop memilih menggunakan stok film yang lama. Yang terpenting ada film yang bisa ditayangkan di bioskop oleh para pengusaha di masa PSBB transisi ini.
Namun ada juga hal yang menguntungkan jika menonton bioskop pada masa pandemic sekarang. Yakni harga tiket yang lebih murah dari harga normal dan harga makanan yang juga lebih murah. Hal ini bisa dimanfaatkan bagi kita yang mempunyai budget terbatas untuk menonton. Harga tiket mengalami penurunan sebesar 20%, hal ini sesuai dengan hukum pasar dimana menurunnya permintaan akan menyebabkan menurunnya harga barang dan jasa. Hal ini membuat kita ragu bahwa bioskop akan kembali meraup keuntungan pasca dibuka saat pandemic. Jika kondisinya seperti ini alih-alih untung terlihat bioskop bisa merugi karena biaya operasional lebih besar daripada omzet penjualan. Walaupun begitu kelihatannya hal ini masih lebih baik dibanding dengan tidak beroperasi sama sekali.