Imam Syafii, Ulama yang Ilmunya Memenuhi Bumi (2)

Imam Syafii, Ulama yang Ilmunya Memenuhi Bumi (2)
ilustrasi Imam Syafii/net

MONITORDAY.COM - Imam Syafi'i terus belajar di Mekah berkeliling dari satu ulama ke ulama lain. Sampai ulama-ulama selalu bilang kalau ilmu sudah habis semua. Hampir guru-gurunya kalah alim dengan beliau.

Beliau terkenal ahli fiqih padahal juga ahli sastra Arab. Ada namanya Imam Hatim al-'ashom yang belajar dan menguasai bahasa Arab original dari Bani huzail. Imam Hatim sudah pakar, tapi minta tashih atau koreksi syair kepada Imam Syafi'i yang masih muda, padahal kondisinya Imam Hatim al-asham sudah usia lanjut. Dia katakan tidak ada pakar bahasa arab yang lebih alim di dunia ini seperti pemuda ini, maksudnya Imam Syafi'i

Setelah menghabiskan ilmu yang ada di Mekah, para ulama mengusulkan Imam Syafi'i untuk datang ke Madinah. Di Madinah ada tokoh alim besar yang bernama Imam Malik bin Anas yang merupakan bapak dari para Imam madzhab. Imam Malik ini tidak sembarangan menerima murid, beliau selalu menyeleksi calon muridnya.

Imam Syafi'i ditanya oleh Imam Malik, "Apakah kamu mau belajar, sudah pernah baca kitab saya?." Imam Syafi'i menjawab, "Alhamdulillah saya sudah hafal." Imam Syafi'i tahu betul kitabnya Imam Malik yang berjudul Al-Muwatho.

Kitab tersebut dihafal oleh Imam Syafi'i hanya dalam waktu satu minggu, sejauh enam perjalanan dari Mekah ke Madinah. Padahal sinya lebih banyak dari Al-Quran yang berisi kurang lebih 5000 hadis, tapi beliau bisa hafal dalam waktu singkat.

Imam Malik merespon dengan terkejut, ia baru lihat wajah yang mencerminkan orang shaleh, orang besar. Wasiat pertama yang ia katakan pada Imam Syafi'i adalah tentang takwa. "Bertakwalah kepada Allah, niscaya Allah akan ajarkan ilmu kepada kamu."

Kemudian wasiat yang kedua yang dikatakan: "Wahai Muhammad (Imam Syafi'i) jadikan ilmumu seperti garam dan jadikan akhlak dan adabmu seperti tepung." Maksud dari wasiat ini adalah mencari ilmu itu secukupnya saja tapi adab dan akhlak ini yang harus diperbanyak.

Imam Syafi'i belajar di Madinah sampai usia 15 tahun dan dia sudah jadi mufti. Beliau diizinkan mengajar oleh Imam Malik di Masjid Nabawi. Suatu hari Imam Malik diam-diam memperhatikan Imam Syafi'i dibalik tiang. Ia ingin tahu bagaimana cara mengajarnya Imam Syafi'i.

Dengan decak kagum, Imam Malik mengukir tulisan di tiang masjid, "Siapa yang ingin ilmu agama yang suci dan berharga maka dia harus belajar kepada Muhammad bin Idris."

Selesai pengajian, orang-orang bubar dan lihat ada tulisan di tiang. Imam Syafi'i tahu kalau tulisan itu adalah milik gurunya. Ketinggian adab Imam Syafi'i tidak membuatnya tinggal diam. Ia menulis balasan, "Tidaklah seorang Muhammad bin Idris melainkan dialah salah satu murid dari Imam Malik. Sungguh mulianya akhlak dan adab para ulama.

Perjalanan panjang Imam Syafi'i dalam menuntut ilmu, tidak membuatnya tinggi apalagi bangga. Ilmu itu dipancarkannya lewat adab dan akhlak. Dan mungkin inilah kunci dari berkahnya ilmu. Maka, pantas saja jika Nabi Saw menyebut-nyebut Imam Syafi'i sebagai ulama Quraisy yang ilmunya memenuhi bumi. Bumi kita terang karena perpaduan cahaya ilmu, adab dan akhlak para ulama. (Selesai)

Sumber: Ceramah Habib Abdurrahman As-Segaf