Ikhlas Syarat Diterima Amal

Ikhlas mungkin mudah untuk dipahami, akan tetapi akan sulit untuk dapat mengaplikasikan atau mengamalkannya dengan benar.

Ikhlas Syarat Diterima Amal
Ilustrasi foto/Net

AL-IMAM Abu Hamid al-Ghazali berkata di dalam Muqaddimah kitab An-Niyyah Wal-Ikhlas Qash-Shidq, yang menjelaskan seperempat bagian dari kitab Al-Ihya: "Dengan hujjah iman yang nyata dan cahaya al-Quran, mereka yang mempunyai hati mengetahui bahawa kebahagiaan tdk akan tercapai kecuali dengan ilmu dan ibadah. Semua org pasti akan binasa kecuali mereka yang berilmu. Mereka yang berilmu pasti akan binasa kecuali yang aktif beramal. Semua org yang aktif beramal akan binasa kecuali mereka yang ikhlas."

Ikhlas mungkin mudah untuk dipahami, akan tetapi akan sulit untuk dapat mengaplikasikan atau mengamalkannya dengan benar. Karena amal tanpa niat merupakan suatu kerugian. Niat bila tidak ikhlas akan menjadi riya, yang bisa diartikan sama dengan kemunafikan. Ikhlas tanpa kejujuran dan perlaksanaan adalah sia-sia.

Dunia ini hakikatnya kebodohan dan kematian kecuali ilmu. Semua ilmu merupakan hujjah ke atas pemiliknya kecuali yang diamalkannnya. Semua amal akan sia-sia kecuali yang dilaksanakan dengan ikhlas. Ikhlas itu merupakan ujian yang besar sehingga tetap kembali padanya.

Sebahagian yang lain juga berkata, “Ilmu itu laksana benih, amal laksana tanaman dan airnya adalah ikhlas.” Ibn 'Atha'illah berkata dalam kitab Al-Hikam berkata: “Sesungguhnya Allah tidak menyukai amal yang mendua (terpecah), dan tidak pula hati yang mendua. Amal yang mendua tdk diterima dan hati yang mendua juga tdk akan diterima."

Amal yang tidak disertai ikhlas adalah ibarat gambar yang mati, dan raga tanpa jiwa. Allah hanya menginginkan hakikat atau nilai amal, bukan rupa dan bentuknya. Maka oleh karenanya Allah Swt. menolak setiap amal yang pelakunya tertipu dengan amalnya. Dalam hadis shahih riwayat Abu Hurairah, bahwa Rasulullah saw. bersabda:

Sesungguhnya Allah tidak melihat kepada jasad dan rupa kamu, tetapi Dia melihat kepada hati kamu." Baginda memberi isyarat ke arah hati dengan jari-jari tangannya lalu berkata, "Takwa itu letaknya di sini." Dan Baginda memberi isyarat ke arah dadanya sebanyak tiga kali.”   (HR. Imam Muslim)