Hebatnya Empat Unicorn Indonesia
Empat perusahaan rintisan ini menjadi penanda bisnis masa depan

MONDAYREVIEW- Kehadiran start up yang memiliki vaulasi melebihi US$ 1 Miliar atau yang kemudian dilabeli sebaga unicorn telah menjadi penanda masuknya Indonesia ke dalam Revolusi Industri 4.0. Keempatnya adalah Go-Jek, Bukalapak, Traveloka, dan Tokopedia.
Empat unicorn ini tentu saja masih kalah dibandingkan dengan valuasi yang berhasil diraup para unicorn di Tiongkok, misalnya. Hampir 50% unicorn di dunia lahir di Tiongkok. Seiring pertumbuhan ekonomi mereka yang mencapai digit ganda setiap tahunnya, Tiongkok juga menjadi ekosistem yang melahirkan banyak start up kelas dunia.
Kehadiran para unicorn ini mampu mengalahkan perusahaan telekomunikasi yang telah lama berdiri. Sebut saja Indosat yang telah berusia 30 tahun dan XL Axiata yang telah memasuki tahun ke-20.
Start-up merupakan perusahaan rintisan yang umumnya dimaksudkan pada mereka yang memulai bisnisnya di ranah teknologi digital, pengembangan aplikasi, pengembangan game, dan sebagainya.
Secara singkat valuasi adalah nilai dari suatu start-up. Tidak ada perhitungan yang baku dalam menentukan valuasi start-up. Nilai itu terbentu dari kesepakatan antara founder dan investor. Karena pada umumnya start-up masuk dalam klasifikasi semi-enterprise. Berbeda dengan perusahaan yang sudah listing atau terdaftar di lantai bursa.
Prosedur dan acuan internal dijadikan dasar oleh investor dalam menentukan ‘nilai perusahaan’ suatu start-up. Potensi produk ke depan menjadi salah satu yang dipertimbangkan disamping prosuk yang dipasarkan, traksi pengguna hingga kapabilitas founder.
Perhitungan dana awal dan suntikan dana investor menjadi dasar paling sederhana dalam menentukan nilai suatu start-up. Growth-rate menjadi komponen penting dalam memperkirakan nilai tersebut. Sehingga jumlah pengguna dan transaksi yang terjadi menjadi cermin bagi kemampuan start up dalam melakukan kapitalisasi pasar.
Misalkan dana awal dinilai 10 M, dan setelah melihat pertumbuhan pengguna dan transaksi yang terjadi maka investor menggulirkan dana sebesar 10 M. Valuasi start-up tersebut menjadi 20 M dengan kepemilikan 50% di tangan investor.
Go-Jek ternyata tidak sekedar menjadi bisnis transportasi on-line yang murah dengan segenap kemudahannya. Go-jek dapat meraih investasi yang cukup besar hingga valuasinya saat ini mencapai US$ 1,3 Miliar atau lebih dari Rp 13 Triliun. Masuknya dana investor terutama didorong oleh kapitalisasi pasar yang telah diraih Go-jek dan prospek inovasi layanan bisnis GoPay sebagai layanan on-demand yang paling populer.