Hanya Pada Allah Kita Bersandar
DALAM perjalanan hidup, kita biasanya dihadapkan dengan masalah yang silih berganti. Baik masalah dalam lingkungan keluarga, pendidikan, pekerjaan dan bersosialisasi. Hidup di dunia merupakan proses panjang, pasti ada masalah yang menimpa yang membuat kita lelah dan rasa ingin mengeluh. Masalah di setiap orang pasti berbeda.

DALAM perjalanan hidup, kita biasanya dihadapkan dengan masalah yang silih berganti. Baik masalah dalam lingkungan keluarga, pendidikan, pekerjaan dan bersosialisasi. Hidup di dunia merupakan proses panjang, pasti ada masalah yang menimpa yang membuat kita lelah dan rasa ingin mengeluh. Masalah di setiap orang pasti berbeda.
Yang menjadi masalah yaitu bagaimana menemukan solusinya dan setiap masalah pasti ada jalan keluarnya. Bahkan biasanya sebelum masalah itu selesai timbul masalah baru sampai benar-benar hidup terasa tertekan dan hampir putus asa karena tidak tahan untuk menghadapinya. Setiap masalah tersebut merupakan ujian dari Allah untuk menguji keimanan kita. Allah berfirman : “Adakah manusia itu menyangka bahwa mereka dibiarkan saja setelah mengatakan; “Kami telah beriman,” sedangkan mereka tidak diuji? Dan sesungguhnya Kami (Allah) telah menguji orang-orang yang sebelum mereka, maka sesungguhnya Allah mengetahui orang-orang yang benar dan sesungguhnya Dia mengetahui orang-orang yang berdusta.” (QS. Al-Ankabut : 2-3)
Apakah mengeluh terhadap masalah yang kita terima ada hukumnya ? Ya ada, terdapat empat tingkatan manusia dalam menghadapi masalah menurut Syaikh Ibnu Utsaimin: Tingkatan pertama, pengungkapan dengan hati seperti manusia yang menggerutu terhadap Allah dan geram terhadap takdir yang dialaminya, perbuatan ini hukumnya haram karena menyebabkan kekufuraan. Allah berfirman; “Dan di antara manusia ada orang yang menyembah Allah dengan berada di tepi, maka jika memperoleh kebajikan, tetaplah ia dalam keadaan itu, dan jika ia ditimpa oleh suatu bencana, berbaliklah ia ke belakang. Rugilah ia di dunia dan di akhirat.” (QS. Al-Hajj : 11)
Tingkatan kedua, bersabar atasnya. Manusia berada dalam tingkatan yang kedua baginya sangat berat masalah tersebut akan tetapi dia kuat menanggungnya, dia tidak suka hal itu terjadi sehingga yang ada dalam hatinya hanya menggerutu dan mengeluh. Allah SWT mewajibkan hambanya untuk bersabar dan tidak mengeluh berikut FirmanNya ; “Dan bersabarlah, Sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar.” (QS. Al-Anfal : 46)
Tingkatan ketiga, Ridha terhadapnya seperti keridhaan seseorang terhadap masalah yang dihadapinya dimana dia merasakan sama saja akan ada atau tidaknya masalah tersebut. Adanya masalah tidak membuatnya menanggung dengan berat hati. Sikap seperti ini dianjurkan tetapi bukan suatu kewajiban menurut pendapat yang kuat.
Tingkatan keempat, bersyukur atas adanya masalah. Tingkatan ini adalah yang paling tinggi daripada tingkatan sebelumnya karena orang yang mengalami masalah merasa bersyukur kepada Allah atas masalah yang diterimanya. Orang ini berfikiran bahwa dengan adanya masalah ini sebagai sarana untuk menghapus semua dosa-dosa kecilnya dan barangkali bisa menambah kebaikannya.