Haedar Nashir: Pancasila Harus Diletakkan di Posisi Tengah

MONITORDAY.COM - Ketua Umum PP Muhamadiyah Haedar Nashir menyatakan bahwa Pancasila harus diletakkan di posisi tengah, jangan sampai ia ditarik ke kutub ekstrim kanan atau kiri, agar tetap menjadi rujukan bersama kehidupan berbangsa dan bernegara.
Hal tersebut diungkapkan Haedar dalam 'Pidato Kebangsaan' bertajuk “#IndonesiaJalanTengah,
IndonesiaMilikBersama”, yang disiarkan secara langsung oleh TV Muhammadiyah, pada Senin (30/8/2021).
"Pada posisi moderat itulah Pancasila tidak boleh ditafsirkan dan diimplementasikan dengan pandangan-pandangan 'radikal-ekstrem' apapun, karena akan bertentangan dengan hakikat Pancasila itu sendiri," ujarnya.
Haedar menjelaskan, Pancasila yang moderat tersebut sejalan dengan gagasan Bung Karno terkait lima sila yang menjadi cikal-bakal dasar negara Indonesia.
"Ketika Soekarno menawarkan lima sila dari Pancasila dalam sidang BPUPKI tergambar kuat pemikiran moderat atau jalan tengah," lanjutnya.
Karena itu, kata Haedar, segala ideologi ekstrim yang saat ini berkembang di dunia tidaklah sejalan dengan Pancasila yang berwatak dasar moderat.
"Menghadapi paham radikal-ekstrem pun tidak semestinya dengan cara yang radikal-esktrem, karena selain akan melahirkan radikal-ekstrem baru pada saat yang sama bertentangan dengan jiwa Pancasila," lanjut Haedar.
Lebih lanjut, Haedar juga menyatakan bahwa jiwa Bhineka Tunggal Ika penting terus digelorakan, bukan hanya untuk menumbuhkembangkan sikap bersaudara tetapi juga menegakkan kebersamaan secara politik dan ekonomi.
"Tujuannya agar tercipta Persatuan Indonesia dan Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia," kata Haedar.
Dengan segala tantangan, ancaman, dan peluang yang dihadapi bangsa di usia kemerdekaan ke-76 ini, Haedar berharap, seluruh komponen bangsa bersatu menuju terwujudnya cita-cita Indonesia merdeka yang bersatu, berdaulat, adil, dan makmur.
"Jalan masih panjang dan terjal menuju Indonesia yang diidamkan itu. Keragaman pandangan dan segala bentuk pengelompokkan tidak semestinya membuat Indonesia retak dan terpecah-belah," kata Haedar Nashir.