Gus Wahid: Optimalkan Akal Untuk Majukan Umat

Gus Wahid: Optimalkan Akal Untuk Majukan Umat
Dr.KH Abdul Wahid Maktub selaku Anggota Dewan Syuro PKB/ Istimewa

MONITORDAY.COM - Indonesia dinilai mampu menjadi basis kebangkitan Islam dunia karena lebih dinamis dan mampu mengakomodir perbedaan. Kendati demikian, masih ada riak-riak gesekan yang mengatasnamakan penerapan amar ma’ruf dan nahi munkar .

"Bagi kelompok yang tak mampu melihat problematika umat, boleh dipastikan tidak mengoptimalkan akal untuk menafsirakn dinamika," kata Dr.KH Abdul Wahid Maktub selaku Anggota Dewan Syuro PKB di tamu redaksi Monday Media Group, Senin (5/12/2020). 

Berangkat dari itu, Abdul Wahid Maktub atau sering disapa Gus Wahid juga menilai ormas seperti FPI selama ini dianggap membuat kebijakan yang kurang merangkul dan cendrung memberikan perspective yang anomalistik, lokalistik dan menjadi hakim bahkan menstandarkan nilai kebhinekaan. 

Menurut Gus Wahid, FPI beralasan tindakan mereka adalah bagian dari penerapan amar ma’ruf dan nahi munkar. Hanya saja, pemahaman makna dan penafsirannya masih parsial. 

Karena itu, arah pelaksanaannya  diterjemahkan secara operasional sebagai perjuangan pemberantasan, pembasmian dan pemberangusan.

Sebaliknya tidak melihat masalah yang mendasar dari setiap peristiwa yang melahirkan penyakit sosial umat seperti kemiskinan, kemunduran ekonomi dan ketidakmampuan menerima perbedaan yang kemudian terabaikan begitu saja. 

Saatnya setiap gerakan dakwah, termasuk FPI yang sudah dibubarkan ini melakukan reinterpretasi, reaktualisasi dan revitalisasi pemikiran yang sesuai dengan landscpae Indonesia yang rahmatan lil alamin.

Soal FPI bakal reborn, Gus Wahid tidak mempermasalahkan karena kebebesan berserikat diatur dalam demokrasi. Namun kebebasan yang memiliki aturan dan mau tunduk pada pemberi aturan yakni pemerintah.

Begitupun dengan Pemerintah agar bisa menerapkan kebijakan yang merangkul dengan penguatan pemikiran agar bisa menafsirkan setiap masukan dari kelompok yang berbeda, jangan langsung mendikte penafsiran tanpa ada dialog yang konstruktif. 

Selain itu, Pemerintah juga perlu mengedepankan objektivitas dan tidak mengedorkan semangatnya untuk melakukan pembinaan bagi kelompok yang berbeda. 

" Bagaimanapun pemerintah adalah mandat rakyat. Apalagi hidup Ini terus berputar. Siapa yang menyangka para pemimpin yang besar bisa terjungkal, yang kuat bisa berubah. Setiap masa ada Pemimpinnya, dan setiap Pemimpin ada masanya," pesan Gus Wahid.

Selanjutnya, Gus Wahid menelisik fenomena gerakan dakwah di Eropa dan Amerika, mereka yang berpindah agama dari Non Muslim ke Muslim didominasi dari kalangan ekonomi menengah ke atas dan kualitas pendidikan tinggi. 

Mereka berpindah karena menggunakan akal sehat mereka dengan sebuah perenungan dan kajian terhadap ayat-ayat Allah SWT. Pergerakan ini banyak dialami di negara-negara maju.

 Dampak dari semua ini dapat dibayangkan ke masa depan Islam akan lebih maju, karena orang-orang yang kembali kepada fitrah Islam adalah orang yang menggunakan akal fikirannya dan orang-orang hebat bukan sebaliknya. Tumbuh di negara maju, turun di negara berkembang.

Terkait dengan fenomena diatas, ormas yang bergerak di keumatan seyogyanya menunjukan wajah Islam yang ramah sehingga adanya pergeseran paradigma.

Dengan demikian Islam akan menjadi maju dan rahmatan lil Alamin. Tetap berdakwah bil hikmah dan diajak untuk menggunakan akal sehatnya untuk berfikir.