Sahabat Pembawa Panji Islam Ke Daratan Cina

KISAH heroik Saad bin Abi Waqas tertulis dengan tinta emas saat memimpin pasukan Islam melawan tentara Parsi di Qadisiah.

Sahabat Pembawa Panji Islam Ke Daratan Cina
Ilustrasi foto/Net

KISAH heroik Saad bin Abi Waqas tertulis dengan tinta emas saat memimpin pasukan Islam melawan tentara Parsi di Qadisiah. Bersama 3000 pasukannya, ia berangkat menuju Qadasiah. Pasukan musuh berjumlah 120.000 orang di bawah panglima perang, Rustum. Sebelum memulai peperangan, Umar bin Khatab, khalifah saat itu, memerintahkan Saad untuk menulis surat kepada Kaisar Parsi, Yazdagird agar mengajak rakyatnya masuk Islam.

Para delegasi Muslim kembali setelah pemimpin itu menolak tawaran masuk Islam. Karena hal tersebut, air mata Saad bercucuran sebab ia terpaksa harus berperang. Di hadapan pasukan Muslim, Saad membaca surat Al-Anbiya: 105 tentang bumi yang akan dipusakai oleh orang-orang soleh seperti yang tertulis dalam kitab Zabur.

Peperangan Qadisiah merupakan salah satu peperangan terbesar dalam sejarah dunia, pasukan Muslim memenangi peperangan itu. Menurut catatan resmi dari Dinasti Tang yang berkuasa pada 618-905 M dan berdasarkan catatan serupa dalam buku A Brief Study of the Introduction of Islam to Cina karya Chen Yuen. Islam pertama kali datang ke Cina sekitar tahun 30 H atau 651 M. Islam masuk ke Cina melalui utusan yang dikirim oleh Khalifah Usman bin Affan (23-35 H / 644-656 M). Menurut catatan Lui Tschih, penulis Muslim Cina pada abad ke-18 dalam karyanya Chee Chea Sheehuzoo (Perihal Kehidupan Nabi), Islam dibawa ke Cina oleh rombongan yang dipimpin Saad bin Abi Waqqas. Islam pertama kali datang ke Cina dibawa panglima Islam, Saad bin Abi Waqqas, bersama sahabat lainnya pada tahun 616 M.

Pada kedatangan yang kedua di tahun 650, Saad berlayar melalui Samudera Hindi ke Laut Cina menuju pelabuhan laut di Guangzhou. Bersama para sahabat, Saad datang dengan membawa hadiah dan diterima dengan baik oleh kaisar Dinasti Tang, Kao-Tsung (650-683). Namun Islam sebagai agama tidak langsung diterima oleh sang kaisar. Setelah melalui proses penyelidikan, sang kaisar kemudian memberikan izin bagi pengembangan Islam yang dirasanya sesuai ajaran Konfusius. Namun, sang kaisar merasa bahwa kewajiban shalat lima kali sehari dan puasa sebulan penuh terlalu berat baginya, sehingga ia tidak jadi memeluk Islam. Namun, ia mengizinkan para sahabat untuk mengajarkan Islam kepada masyarakat di Guangzhou.

Islam disebut sebagai Yi si lan Jiao atau agama yang murni oleh orang Cina. Saad bin Abi Waqqas kemudian menetap di Guangzhou, ia mendirikan Masjid Huaisheng yang menjadi salah satu tonggak sejarah Islam paling berharga di Cina. Masjid ini menjadi masjid tertua yang ada di daratan Cina dan usianya sudah melebihi 1300 tahun.