Gebrakan Mahathir Atasi Utang Negara
Akibat pengelolaan negara yang salah dan banyak korupsi, Malaysia memiliki utang negara yang besar. Gaji menteri dipotong, yang memicu simpati dari rakyat.

MONDAYREVIEW- Perdana Menteri Malaysia Mahathir Muhammad membuat gebrakan di awal pemerintahnnya. Ia memangkas gaji seluruh menterinya sebesar 10 persen, untuk mengurangi beban utang negara yang mencapai 1 trilyun ringgit. “kita sedang mencari cara untuk mengurangi utang, untuk membantu keuangan negara,” ujar Mahathir kepada sejumlah wartawan usai memimpin rapat mingguan kabinetnya.
Mahathir yang dilantik sebagai Perdana Menteri Malaysia pada 10 Mei lalu, mengaku pernah melakukan hal serupa pada saat menjabat Perdana Menteri tahun 1981. Berbeda dengan janji kampanye Najib Razak, yang akan menaikan gaji pegawai negeri sipil, mulai 1 Juli mendatang. Tentu, sebagai strategi untuk meraup suara rakyat dalam Pemilu Malaysia. “Itu janji yang dibuat oposisi. Kami tidak terikat dengan janji-janji mereka,” ungkap Mahathir.
Seperti dilansir Channel News Asia, gaji bulanan seorang Perdana Menteri yakni sekitar 22.827 ringgit (setara Rp 81,3 juta), Wakil Perdana Menteri 18.168 ringgit (setara Rp 64,7 juta), Menteri Kabinet 14.907 ringgit (sekitar Rp 53,1 juta) dan Wakil Menteri 10.848 ringgit (sekitar Rp 38,6 juta).
Kebijakan ini memancing simpati warga Malaysia. Mereka ramai-ramai menggalang dana untuk mengurangi utang negara lewat program bernama “Please Help Malaysia!”. Aksi ini pertama kali diprakarsai oleh Nik Shazarina Bakti, yang mengkampanyekannya lewat media sosial dan situs Go Get Funding.
Shazarina menulis napak tilas perjuangan warga Malaysia bersatu untuk mewujudkan kemerdekaannya dari Inggris. “Rakyat Malaysia pernah menyerahkan perhiasan, uang dan barang berharga mereka agar pemerintah Tunku Abdul Rahman dapat mengumpulkan cukup uang untuk pergi ke London dan memproklamirkan kemerdekaan,” tulis Shazarina.
Hingga berita ini ditulis, sudah terkumpul sumbangan sebanyak 3.633 dolar AS. Ditargetkan sumbagan bisa mencapai 100 ribu dolar AS, atau sekitar Rp 1,4 miliar. Rupanya tak hanya warga, anggota parlemen Malaysia, Nga Kor Ming, yang mewakili wilayah Teluk Intan ikut tergerak untuk mendonasikan gaji pertamanya, untuk membantu pelunasan utang negara.
Nga adalah anggota parlemen dari Partai Tindakan Demokratik, yang bergabung dengan koalisi partai oposisi, Pakatan Harapan. Seperti dilansir Malay Mail (26/5), gaji bulan pertama Nga sebagai anggota parlemem yang disumbangkan sebesar 16 ribu ringgit, atau setara dengan Rp 56,4 juta
Kementerian Keuangan Malaysia merilis utang nasional mencapai 1,08 triliun ringgit atau setara dengan Rp 3.837 triliun. Untuk terlepas dari beban utang negara yang besar ini, memang tidak lah mudah. Setiap warga, termasuk yang baru lahir harus menanggung beban sekitar 32 ribu ringgit atau sekitar Rp 112,9 juta.
Dibanding dengan Malaysia, Indonesia memiliki utang negara yang jauh lebih besar, yaitu per April 2018 tercatat mencapai Rp 4.180,61 triliun. Lebih tinggi 13,99% dibandingkan periode yang sama di 2017 sebesar Rp 3.667,41 triliun. Namun, penduduk Indonesia jauh lebih banyak sebesar 260 juta orang. Sayangnya, proporsi rakyat miskin lebih banyak. Jadi, tidak mungkin dipaksa untuk ikut membantu beban negara dengan melakukan donasi serupa.
Yang paling realistis, mengikuti jejak yang dilakukan Malaysia, dengan memotong gaji para pejabatnya, termasuk presiden. Kemudian, mengetuk kesadaran para konglomerat untuk ikut memikirkan nasib negerinya, bukan hanya mengeruk kekayaannya. Keteladanan seperti inilah, yang mungkin akan diikuti oleh rakyat dengan suka rela