Fahira Idris Sebut Larangan Cadar Pembenaran Stigma Barat

Fahira berpesan hindari potensi kegaduhan di tahun politik

Fahira Idris Sebut Larangan Cadar Pembenaran Stigma Barat
Fahira Idris. (ist)

MONITORDAY.COM - Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga (UIN SUKA) Yogyakarta belakangan ini tengah menuai banyak kecaman. Hal itu terkait kebijakan larangan penggunaan cadar pada mahasiswi dengan ancaman dikeluarkan.

Terkaiat hal itu, Senator asal DKI Jakarta, Fahira Idris mengkhawatirkan jika kebijakan tersebut dibiarkan, larangan cadar dapat meluas ke kampus-kampus lain.

"Saya khawatir jika larangan ini terealisasi akan meluas ke kampus-kampus lain. Jika sampai terjadi, saya khawatir melahirkan kegaduhan baru yang menguras energi kita," katanya dalam keterangan tertulis, Jumat (9/3/2018).

Di tahun politik, Fahira berpesan untuk menghindari potensi-potensi kegaduhan. Dirinya lantas meminta agar pihak Rektorat UIN SUKA meninjau kembali kebijakan tersebut.

Sebagai negara muslim terbesar di dunia, ia menilai Indonesia harus menjadi yang terdepan melepaskan stigma ajaran dan simbol Islam dengan paham radikalisme, ekstremisme maupun terorisme yang menurutnya ditiupkan negara-negara Barat.

Bagi Fahira, argumen yang mengaitkan pengenaan cadar dengan aliran radikal dan anti-Pancasila, bukan hanya lemah tetapi seakan menjadi pembenaran dari stigma yang dibentuk beberapa negara Barat terhadap simbol-simbol Islam selama ini.

"Bisa jadi ada orang yang busananya biasa-biasa saja, tetapi pahamnya radikal dan anti-Pancasila. Jadi argumen pelarangan cadar ini lemah," ujarnya yang juga Ketua Komite III DPD RI yang membidangi persolan pendidikan.

Tanpa pelarangan cadar, ia meyakini kampus-kampus Islam mampu menjadi pusat persemaian dan penyebaraan ajaran Islam yang moderat dan Islam yang rahmatan lil alamin. Sebelumnya, Fahira juga sempat menyatakan kesediaan untuk mengadvokasi mahasiswi bercadar di UIN SUKA yang dikeluarkan akibat kebijakan tersebut.

[Yst]