Facebook dan Kebijakan Pembatasan News Feed

Facebook dan Kebijakan Pembatasan News Feed
ilustrasi FB News Feed/ net

MONITORDAY.COM - Apa yang terjadi bila media sosial dalam hal ini Facebook mulai melakukan pembatasan tertentu? Di satu sisi kebijakan pembatasan terkait konten politik ini layak ini untuk dipertanyakan. Selama ini Facebook menjadi salah satu platform yang dikenal sangat terbuka, transparan, dan bebas bagi siapa saja terkait apa saja. Halaman muka Facebook selalu bertanya tentang apa yang kita pikirkan. Dengan kata lain Facebook siap menampung segala macam ide dan pemikiran penggunanya. Dan tentu saja hal itu akan memancing respons dari teman-teman yang ada di dalam jaringan si pengguna. Dari sinilah platform ini menjadi populer dan intens digunakan di seluruh dunia. 

Dikabarkan bahwa Facebook akan melakukan pembatasan newsfeed atau upmna berita atas permintaan para pengguna. Permintaan itu tentu jumlahnya cukup banyak sehingga Facebook mempertimbangkannya. Salah satunya adalah keberatan para pengguna tentang banyaknya newsfeed yang beraroma politik. 

Masuk akal memang.  Dengan Facebook orang ingin berteman tetapi politik justru sering memecah-belah mereka.  Bahkan banyak di antara mereka yang awalnya berteman baik di dunia nyata maupun dunia maya justru retak persahabatannya gara-gara perbedaan pandangan politik yang menyeruak di Facebook. Inilah yang membuat sebagian pengguna merasa tidak nyaman.

Kalau diterjemahkan secara harfiah adalah umpan berita.  Ini adalah salah satu fitur dalam jejaring sosial Facebook.Sementara web feed adalah sistem utama yang digunakan pengguna untuk melihat konten yang diposting di dalam jaringan. Pengguna dalam melakukan setting tentang preferensi berita yang akan diperolehnya dan algoritma FB akan melakukan tugas penting itu.   

Umpan Berita menyoroti informasi yang mencakup perubahan profil, acara mendatang, dan ulang tahun, di antara pembaruan lainnya. Menggunakan metode kepemilikan, Facebook memilih beberapa pembaruan untuk ditampilkan kepada pengguna setiap kali mereka mengunjungi umpan mereka, dari rata-rata 2.000 pembaruan yang berpotensi mereka terima. Lebih dari dua miliar orang menggunakan Facebook setiap bulan, menjadikan Umpan Berita jaringan sebagai aspek yang paling banyak dilihat dan paling berpengaruh dari industri berita.

Dengan kata lain Facebook berhasil meraih perhatian penggunanya untuk lebih intensif lagi dalam menggunakan media sosial ini. Pengguna tergerak untuk melihat profil temannya yang berubah atau berusaha untuk tampil baru dengan mengubah profil dirinya. Alhasil Facebook memberikan dorongan untuk terus berinteraksi dan eksis dalam kancah pertemanan. 

Pengguna yang tidak mengunggah status secara Intens. Melalui news feed apapun yang dilakukan pengguna di luar memposting statusnya dilacak dan dikabarkan kepada semua teman dalam jejaringnya. Hal inilah yang memacu bahwa intensitas interaksi terus berlangsung. Semua pengguna seakan menjadi orang yang asik dalam pertemanan. Termasuk yang tidak suka mengunggah status sekalipun.

Di aplikasi Facebook, umpan berita adalah layar pertama yang muncul, mayoritas pengguna menganggap umpan itu sebagai Facebook itu sendiri. Algoritma digunakan pada platform Facebook untuk mengatur pengalaman yang dipersonalisasi bagi pengguna yang sebagian besar ditampilkan di Kabar Beranda.

Algoritma milik Facebook membandingkan manfaat dari sekitar 2.000 postingan potensial setiap kali aplikasi dibuka, menggunakan sistem kompleks yang didasarkan pada penyediaan pengalaman yang bermakna, dibandingkan klik, reaksi, atau waktu membaca.

Umpan Berita telah digambarkan sebagai gelembung filter, menampilkan hasil yang dipersonalisasi kepada pengguna tentang informasi yang dianggap menarik bagi mereka, berlawanan dengan menampilkan semua informasi, bahkan informasi yang tidak mereka setujui.

Bukan tidak mungkin terjadi penyalahgunaan Facebook Untuk menggiring opini politik. Peristiwa itu pernah terjadi dan mendapatkan kritik yang luas terkait kebocoran data dan penyalahgunaan data Facebook untuk keperluan politik pihak tertentu. Kita masih ingat Facebook pernah diterpa isu Cambridge Analytica Scandal. Kajian tentang kasus tersebut dapat menjadi alat untuk lebih memahami efek algoritma pada perumusan opini publik.