Erick Thohir, Sang Nahkoda Yang Tahu Arah Muara

MONITORDAY.COM - Bagaikan sang nahkoda yang harus membawa kapalnya. Nahkoda pada perahu yang harus diselamatkan dari berbagai halangan, rintangan dan gelombang pasang yang tinggi menjulang.
Dia menjaga jangan sampai perahu yang harus dikendalikannnya tenggelam ke dasar lautan dan tidak sampai ke tujuan.
Sang nahkoda dengan ketegasannya memberikan intruksi kepada anak buah kapalnya agar kapalnya bisa berlayar dengan tenang.
Melaju menembus angin yang berhembus menuju muara tanah harapan. Tanah harapan yang penuh dengan keindahan, tanah harapan yang penuh dengan kebahagiaan.
Begitupun Leadership seorang Erick Thohir yang menahkodai BUMN.
Bersama sang Nahkoda Erick, perusahaan pelat merah terbukti mampu bertransformasi meningkatkan performanya dalam hitungan 2 tahun.
Capaian BUMN sejauh ini tak lepas dari intensitas interaksi sosial yang terus dibangun.
Erick tak kenal lelah memompa semangat kinerja BUMN karena dirinya memahami bahwa keberadaan BUMN ini sepenuhnya untuk bangsa dan negara.
BUMN bagi Erick, tak boleh menjadi menara gading yang mentereng sementara disekelilingnya merana. Guna menciptakan interaksi sosial yang sustainable, BUMN harus menjadi menara air untuk bisa mengalirkan banyak manfaat.
Dengan demikian, Erick memahami sejujurnya apa yang menjadi harapan atau kegelisahan masyarakat.
Karena sulit rasanya membayangkan bagaimana hidup tanpa adanya proses interaksi sosial antar individunya.
Hanya dengan menemui masyarakat secara langsung, tercipta komunikasi yang seimbang, profesional dan harmonis yang menjadi ujung tombak dalam relasi sosial.
Itulah yang dilakukan Erick Thohir yang meyakini bahwa kedekatan emosional itu penting. Penting untuk memahami sejujurnya apa yang menjadi harapan atau kegelisahan masyarakat.
Sejak ditunjuk menjadi Menteri BUMN oleh Presiden Jokowi, Erick Thohir tancap gas melakukan sejumlah gebrakan hingga aksi bersih-bersih.
Bahkan publik bertanya-tanya, Pak Menteri minum jamu apa karena seluruh waktunya berada di lapangan dan terus menyambangi masyarakat, khususnya pelaku UMKM.
Hal ini dilakukannya karena pelaku usaha kecil paling riskan terdampak wabah Covid-19. Sebagian dari mereka kini hidup tanpa pekerjaan, tanpa pemasukan.
Sebagian lain terseok-seok mempertahankan usaha. Bahkan terjerembap dalam jurang kemiskinan.
Erick Thohir menaruh perhatian yang tinggi kepada masyarakat saat pandemi. Mereka tetap berjualan demi menghidupi keluarga. Meski tak ada jaminan dagangannya laku, setidaknya mencoba. Ketakutan terpapar Covid-19 pun terpaksa mereka lawan.
Cerita usaha rintisan yang berdarah-darah dihantam Covid-19 juga datang dari berbagai daerah, salah satunya saat Erick bersama stafnya Arya Sinulingga berkunjung ke Tarutung Tapanuli Utara.
Erick sempatkan mampir ke warung kopi dan bermain catur bersama warga.
Dalam permainan catur, Erick menyoroti bidak raja dan bidak ratu yang tidak terpisahkan.
Sama seperti kehidupan manusia, bahwa manusia merupakan makhluk sosial yang hidupnya saling berdampingan satu sama lain. Manusia sangat membutuhkan orang lain dalam kehidupannya.
Makhluk sosial identik dengan saling tolong menolong.
Di setiap kesempatan, Erick menyampaikan bahwa Ia telah bertekad untuk mewakafkan dirinya sepenuhnya untuk bangsa dan negara, tanpa melihat suku, golongan dan agama.
Kendati demikian, niat baik Erick Thohir bersama dengan warga juga tak luput dari cibiran. Seringkali terlontar Erick Thohir suka bertandang ke pesantren-pesantren Tanah Air. Padahal apa salahnya?
Begitulah resiko menjadi pemimpin yang amanah, tidak semua niat baik kita akan disambut dengan baik oleh orang lain. Tak semua kebaikan akan dibalas dengan kebaikan yang sama. Bahkan senyuman bisa jadi dibalas dengan tatapan sinis. Namun, berbuat baik tak harus selalu dikaitkan dengan penilaian orang lain.
Tetaplah Berbuat Baik karena Kamu Orang Baik. “Treat everyone with politeness and kindness, not because they are nice, but because you are.”― Roy T. Bennett, The Light in the Heart
Berbuat baiklah karena semata-mata memang orang baik. Tak harus menunggu balasan kebaikan yang sama. Tak perlu mengharapkan pujian atau balasan besar. Berbuat baik karena memang ingin menebarkan kebaikan. Bukan untuk mendapatkan pujian atau balasan kebaikan yang sama.
Erick Thohir dengan penuh kerendahan hati selalu berpesan bahwa hidup di dunia ini hanya sementara.
Karena sifatnya yang sementara itu, maka perlu memilih berperilaku hidup yang tepat. Salah satunya adalah dengan berbuat baik di situasi apa pun, kapan pun, dan di mana pun. Berbuat baik bisa mendatangkan ketenangan dan kenyamanan untuk hidup sendiri.
Tak perlu mencemaskan atau mengkhawatirkan penilaian orang lain, sebab tidak semua orang perlu paham akan situasi yang sedang dijalankan, termasuk dirinya saat ini yang menahkdoi Kementerian BUMN.