Erick Thohir dan Jalan Kebangsaan

MONITORDAY.COM - “Sejarah tidak selalu ditulis oleh mereka yang mengendalikan kekuasaan. Kendati, bagi orang-orang biasa dengan tekad penuh perubahan!”
Figur Erick Thohir muncul tidak secara tiba-tiba. Portofolio kerjanya sudah dia rintis sejak muda. Begitupun agenda kebangsaannya, yang sudah sejak lama bersemayam dalam sanubari cita-citanya.
Tanpa berlebihan, deskripsi itu yang bisa kita maknai untuk mengenal sosok Erick Thohir lebih dalam. Dirinya sedang berjuang, untuk melawan masa lalu Indonesia yang suram. Dia bergerak bukan atas kehendak pribadinya, melainya panggilan nurani untuk memajukan bangsanya.
Keberadaan Erick Thohir dalam perhelatan akbar Harlah Pemuda Ansor ke-88, semakin menancapkan proses kaderisasi dalam tubuh Nahdlatul Ulama. Mengutip pernyataan Ketua Umum GP Ansor, Yaqut Cholil Qoumas. Menjadi satu seruan pergerakan memastikan agenda kebangsaan Erick Thohir.
Gus Yaqut meminta seluruh punggung dan pundak kader Ansor dan Banser diserahkan kepada Erick Thohir sebagai pijakan. Itu adalah sebuah dawuh politik yang dalam dan jelas. Pertanda, bahwa setiap jejak langkah Erick Thohir menuju elektoral 2024, sudah ada punggung dan pundak yang telah diikhlaskan menjadi pijakan.
Sebagai kader NU kita turut merasakan resonansi perintah tersebut. Tentu ini dimaknai sebagai perjuangan kelembagaan. Dimana kemenangan akan diraih, dengan kerja kebersamaan.
Di sisi yang lain, sebagai Menteri BUMN Erick Thohir memberikan penghormatan tertinggi kepada keluarga korban “Tragedi 98”.
Bersama dengan Adian Napitupulu gerakan ini dipadukan antara tanggung jawab BUMN dengan nilai perjuangan aktivis 98 di masa lalu.
Kita harus mengakui bahwa bangsa ini berhutang atas kehidupan demokrasi kepada generasi 98. Tanpa mereka, kemewahan hak individu di bilik suara tidak pernah terwujud. Lebih lagi, tanpa adanya gerakan itu figur kepemimpinan kaliberasi Joko Widodo mungkin tak pernah ada.
Sosok Erick Thohir yang bersamaan sebagai wakil dari pemerintah, berupaya menunaikan segala bentuk utang piutang negara di masa lalu.
Keberadaan bersama Adian Napitupulu juga semakin mempertegas arah perjuangan Erick Thohir bersama para aktivis kerakyatan.
Dalam banyak kajian politik, simulasi elektabilitas Erick Thohir sudah mendapatkan momentum trend positif. Artinya, pergerakan, dukungan dan respon masyarakat terhadap Erick Thohir terus progres.
Keberadaan organisasi pendukung yang muncul secara sukarela dan terbuka adalah indikator penting. Sebut saja, GetOne organisasi yang bergerak fokus pada pelatihan saksi di TPS. Barikade 98, organisasi yang menghimpun aktivis rakyat dan penjaringan pemilih pemula.
PAKAR
Ada juga Pusat Kedaulatan Rakyat (PAKAR), yang menjalin gerakan kepemudaan dari Muhammadiyah dan Nahdlatul Ulama.
Balad Erick Thohir
Dan terakhir Balad Erick Thohir, yang sejak awal fokus dan konsen pada rekrutmen pemilih kaum perempuan. Ini salah satu contoh dari banyak organ lainnya lagi.
Dalam politik kesuksesan sebagiannya bersandar dari pengalaman. Sebagai figur politik yang dianggap baru, posisi Erick Thohir boleh dibilang lebih maju dari lainya. Disamping khazanah pengalaman masa muda dirinya yang bisa menjadi enzim penyemangat kaum muda.
Bagi saya, figur Erick Thohir bukan saja bicara soal menang-menangan survey atau dukungan partai politik kelak. Namun kita punya pekerjaan rumah berbasis ideologis yang perlu secara segera kita rekonsiliasi. Nyatanya, sekam kebencian dilevel akar rumput belum benar-benar mati.
Aksi pemukulan terhadap Ade Armando adalah satu sketsa kecil yang berhasil tertangkap lensa kamera. Kita tidak tahu, pola seperti ini masih terus berlangsung di ruang-ruang gelap kebangsaan kita.
Maka secara terus terang dan terbuka, saya sebagai kader bangsa juga menggantungkan harapan rekonsiliasi kebangsaan yang dipimpin oleh sosok Erick Thohir kelak.
Ada tiga golongan penting yang perlu terus dijadikan sahabat perjuangan Erick Thohir; Pertama, golongan Islam Nusantara yang Berkemajuan, mereka adalah angkatan muda dari organisasi Islam yang berfikir, bergerak dan berjuang bersama nafas Pancasila sejati.
Kedua, golongan Nasionalis Progresif, mereka adalah aktivis rakyat yang mencerminkan hidup kesederhanaan demi kesejahteraan rakyat.
Ketiga sekaligus terakhir, golongan Perempuan Indonesia. Adalah kelompok, organisasi maupun perorangan yang mencerminkan sekaligus memperjuangkan hak dasar perempuan dalam kehidupan demokrasi, berbangsa dan bernegara.
Semoga gagasan ini bisa menjadi satu refleksi kebangsaan kita serta mempererat jalinan gagasan ke-Pancasila-an kita.