Dunia Internasional Diprotes lantaran Lemahnya Respon Atas Genosida Rohingya
Dunia Internasional dianggap gagal memahami situasi di Rakhine

MONITORDAY.COM, Rakhine - Senior Crisis Advisor Amnesty Internasional, Matthew Wells menilai respon dunia Internasional lemah dan tidak efektif dalam menyelesaikan tragedi pembantaian etnis muslim Rohingya oleh militer Myanmar.
"Sejak awal krisis, respon masyarakat Internasional terhadap kejahatan kemanusiaan terhadap etnis Rohingya lemah dan tidak efektif," katanya yang baru saja kembali dari penelitian di kamp pengungsian Rohingya, Cox's Bazar, Bangladesh, dalam rilis Amnesty Internasional Indonesia, Kamis (8/2/2018).
Embargo senjata dan sanksi terhadap Myanmar menurutnya sangat dibutuhkan untuk mengirim pesan bahwa pelanggaran ini tidak dapat ditoleransi. Ia lantas memprotes Dunia Internasional yang dianggap gagal memahami tingkat keparahan situasi di negara bagian Rakhine Utara.
Selain itu, ia menuturkan terdapat kebutuhan mendesak akan akses bantuan kemanusiaan yang tak terbatas dan berkelanjutan di seluruh negara bagian Rakhine Utara. Kemudian, dilaporkan jangkauan serangan yang sedang terjadi menunjukan militer Myanmar terus menyerang tidak hanya individu, tetapi juga martabat etnis Rohingya secara keseluruhan.
"Banyak pendatang baru Rohingya mengatakan bahwa kelaparan paksa itu terjadi ketika militer memblokir akses mereka ke sawah saat musim panen, pada bulan November dan Desember," ungkapnya.
Pasukan keamanan Myanmar, lanjut dia, juga terlibat dalam memfasilitasi pencurian ternak penduduk Rohingya dan membakar sejumlah pasar lokal serta memblokir akses ke pasar lainnya. "Tindakan itu semua telah mengakibatkan kekurangan pangan dan menutup mata pencaharian penduduk Rohingya," imbuhnya.
Hal lain yang dilaporkan, yakni perempuan etnis Rohingya, khususnya wanita muda yang mencoba melarikan diri mengatakan kepada Amnesty Internasional bahwa tentara Myanmar melakukan pelecehan seksual ketika berada di pos keamanan.
"Setelah melacak dari kepala hingga kaki dan merampok mereka, pasukan kemanan kemudian memperkosa wanita-wanita tersebut," tukas Matthew.
"Tanpa adanya tindakan Internasional yang lebih efektif, gerakan pembersihan etnis ini akan semakin memperburuk keadaan," pungkasnya.
[Yusuf Tirtayasa]