Dubes Hermono Sebut Malaysia Alami Transisi Politik

MONITORDAY.COM - Istana Negara Malaysia telah mengumumkan Ismail Sabri Yaakob sebagai perdana menteri yang baru menggantikan Muhyidin Yassin yang mengundurkan diri dari jabatannya yang baru seumur jagung.
Begitu cepatnya pergantian ini semakin menunjukkan bahwa politik di negeri jiran itu sedang mengalami dinamika yang kuat dalam beberapa tahun terakhir. Duta Besar Indonesia untuk Malaysia Hermono mengatakan, dinamika tersebut menunjukkan bahwa politik di Malaysia sedang mengalami masa transisi.
"Muhidin Yasin kemarin yang terpendek dalam sejarah Malaysia hanya 17 bulan. Jadi ini perpindahannya cukup cepat. Dan ini fenomena baru dalam politik Malaysia," ujarnya, dalam diskusi virtual Kopi Pahit, pada Selasa (24/8/2021).
Menurut Hermono, Malaysia saat ini sedang melakukan eksperimen politik yang baru, di mana sebelumnya selama 60 tahun selalu dikuasai oleh satu partai yakni UMNO dengan kolaisi Barisan Nasional.
"Namun saat ini mengalami situasi politik yang terpecah-pecah, di mana para politisi dengan mudah berpindah-pindah dukungan, meskipun memiliki partai yang sama," lanjutnya.
Hermono menambahkan, dahulu masyarakat Malaysia terutama generasi mudanya juga cenderung apolitis, berbeda dengan di Indonesia yang di setiap perubahannya selalu diawali oleh gerakan anak muda.
Namun saat ini, kata dia, anak muda di Malaysia mulai melakukan gerakan-gerakan misalnya melalui media sosial, terutama sejak adanya pandemi yang berdampaknya dirasakan langsung oleh masyarakat.
"Di samping itu sistem pemerintahan parlementer menyebabkan suatu pemerintahan dengan mudahnya jatuh bangun, jadi pergantian suatu kepemimpinan cukup dilakukan di parlemen saja," ujarnya.
Menurut Hermono, perubahan-perubahan itu harus terus diperhatikan sejauh mana transisi politik tersebut dilakukan oleh Malaysia sampai menjadi suatu budaya politik yang baru.
"Yang kita tidak inginkan adalah Jangan sampai ada yang namanya permanen transisi, atau kondisi di mana transisi politik seperti ini terus menerus terjadi," tambahnya.
Seperti diketahui, Muhyiddin Yassin mengundurkan diri atas desakan parlemen Malaysia. Di mana dia hanya didukung sekitar 100 anggota parlemen, jauh di bawah angka minimal 111 yang diperlukannya untuk mengamankan mayoritas di Dewan Rakyat.
Pengamat politik Malaysia dari UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Sudarnoto Abdul Hakim mengungkapkan bahwa kondisi sosial politik dan ekonomi yang terguncang di akibat pandemi menjadi salah penyebab kuat pengunduran diri Muhyiddin.
Dia mengungkapkan, kondisi berat karena pandemi itu ditambah dengan oposisi yang kuat dalam menolak kebijakan Muhyiddin, salah satunya rencana diberlakukaknnya undang-undang darurat.
"Memang tidak mudah karena di kalangan oposisi melihat apa yang diusulkan undang-undang darurat itu disebut-sebut untuk kepentingan memperpanjang kekuasaan," kata dia.
"Jadi memang telah terjadi konflik dan ketagangan politik, yang puncaknya adalah ketidaktahanan masyarakat dan seluruh pihak terhadap kondisi pandemi ini," kata Sudarnoto.