Dua Srikandi Indonesia Ukir Prestasi Dunia
Tri Mumpuni mengembangkan kemandirian masyarakat di kawasan terpencil melalui pembangkit listrik tenaga mikro hidro (PLTMH) dan Prof dr Adi Utarini, MSc, MPH, PhD memimpin Uji coba perintis dari sebuah teknologi yang dapat membantu memberantas demam berdarah

MONDAYREVIEW.COM – Kabar gembira datang dari dunia akademik di Indonesia. Dua ilmuwan perempuan asal Indonesia Tri Mumpuni dan Adi Utarini berhasil meraih penghargaan tingkat dunia. Penghargaan ini diikuti oleh apresiasi secara langsung oleh Presiden RI melalui akun media sosialnya. Tri Mumpuni dan Adi Utarini merupakan ilmuwan yang telah berkarya dan berkontribusi untuk bangsa. Mereka merupakan akademisi kampus yang telah berhasil menerapkan tridharma perguruan tinggi yakni pendidikan, penelitian dan pengabdian masyarakat.
Tri Mumpuni mengembangkan kemandirian masyarakat di kawasan terpencil melalui pembangkit listrik tenaga mikro hidro (PLTMH) dan Prof dr Adi Utarini, MSc, MPH, PhD memimpin Uji coba perintis dari sebuah teknologi yang dapat membantu memberantas demam berdarah, penyakit yang menyerang hingga 400 juta orang di seluruh dunia setiap tahunnya.
Dalam pertemuan para wirausaha dari negara-negara muslim yang bertajuk Presidential Summit on Entrepreneurship pada 27 April 2010, Presiden Amerika Serikat (AS) Barack Obama secara khusus menyebut langsung nama Tri Mumpuni. Dia adalah seorang wirausahawati sosial dari Indonesia yang sukses mengembangkan pembangkit-pembangkit listrik di daerah terpencil.
Dalam catatan detikcom, wanita berjilbab ini telah membuat sekitar 61 desa terpencil yang awalnya gelap gulita menjadi terang benderang melalui Institut Bisnis dan Ekonomi Kerakyatan (Ibeka). Tri Mumpuni bersama suaminya membangun pembangkit listrik tenaga mikrohidro (PLTMH) sebagai sumber energi listrik bagi wilayah yang belum terjangkau atau sulit dijangkau oleh PLN dengan memanfaatkan potensi energi air di wilayah setempat untuk menggerakkan turbin.
Wanita kelahiran Semarang, 6 Agustus 1964, itu sering dijuluki 'wanita listrik'. Akibat jasa tersebut, Tri berhasil mendapatkan Nobel atau award Ashden Awards 2012. Asdhen adalah lembaga swadaya masyarakat Inggris yang terlibat dalam energi ramah lingkungan. Pangeran Charles menjadi salah seorang penaung Ashden Awards.
Salah satu desa yang berhasil dibuat Tri menjadi terang benderang adalah Desa Kamanggih, Kecamatan Kahaungu Eti, Sumba Timur, Nusa Tenggara Timur (NTT). Puluhan tahun warga desa hidup tanpa listrik, bahkan untuk mendapatkan air untuk kebutuhan sehari-hari membutuhkan waktu 7 jam.
Dikutip dari situs resmi Universitas Gadjah Mada, Adi Utarini merupakan lulusan dari Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada tahun 1989. Dia menyelesaikan Master of Science di bidang Maternal and Child Health dari University of College London pada 1994 (British Council Awards), Master of Public Health pada 1998, dan Doktor Philosophy dari Umea University Swedia pada 2002 (STINT dan TDR Awards).
Pada 2011, Adi Utarini dikukuhkan sebagai profesor di Kesehatan Masyarakat. Dalam proses pembelajaran, ia mengampu mata kuliah Kebijakan dan Manajemen Mutu dan Metode Penelitian. Di bidang mutu pelayanan, dia pernah memimpin kompartemen Mutu di organisasi Perhimpunan Rumah Sakit Indonesia dan Editor Utama The Journal of Hospital Accreditation yang diterbitkan oleh KARS bersama PKMK UGM.
Selain itu, dia menjadi anggota Dewan Penelitian Nasional dan pernah berperan sebagai Wakil Dekan untuk penelitian, pengabdian masyarakat, dan kolaborasi di Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat dan Keperawatan Universitas Gadjah Mada (2012-2016). Selain aktif di dunia akademik, dia dikenal gemar bermain piano, tenis meja, dan bersepeda.
Sebelumnya, Jokowi membanggakan kedua ilmuwan ini di Instagram. Dia mengatakan, Adi Utarini masuk dalam daftar 10 orang yang membantu pengembangan ilmu pengetahuan di dunia tahun ini berdasarkan Nature. Nature merupakan jurnal ilmiah yang berbasis di Inggris.