Dua Bocah Kecil yang Telah Menghilang akibat Tsunami Palu, Kembali lagi Ke Pelukan Keluarga : Sebuah Keajaiban

Tsunami yang terjadi di Palu 28 September 2018 lalu menewaskan lebih dari 2.000 orang serta turut memisahkan para korban dengan keluarga yang terkasih.
Salah satu korban tsunami palu, yaitu Martha Salilama dan keponakannya, Fikri yang berusia 7 tahun harus rela berpisah. Saat itu Martha sedang mempersiapkan nasi kuning dan ayam goreng yang akan dijualnya pada anniversary Kota Palu saat terjadinya guncangan gempa. Mereka pun dengan sergap lari keluar rumah.
Saat gempa berhenti, Ia meninggalkan Fikri bersama dengan para tetangga yang sedang berkumpul di pinggir pantai. Martha kembali ke pantai dan menemukan Fikri telah menghilang serta kondisi pantai yang porak poranda akibat tsunami.
Beberapa minggu kemudian, para korban yang selamat masih terus mencari keberadaan keluarganya yang menghilang, tidak terkecuali keluarga Fikri pun turut melakukan pencarian.
Nenek Fikri, Selfi Salilama hampir putus asa mencari keberadaan cucunya tersebut.
“ Kami mencari Fikri ke rumah sakit. Mencari kepastian tentang keberadaannya. Kantung jenazah anak juga kami periksa. Kakak Fikri yang berusia 10 tahun, sudah ditemukan jasadnya,”
Namun Martha terus meyakini bahwa keponakannya itu masih selamat dan berhasil menyelamatkan diri saat tsunami itu datang.
Keluarga Fikri pun terus melakukan usaha penemuan Fikri hingga memasang pemberitahuan orang hilang pada tiang di jalanan pasca tsunami berakhir.
Pertugas sosial datang dan mengetuk pintu rumah Nenek Fikri. Keluarga Fikri yang hampir hilang harapan untuk mencari Fikri pun terkejut dan bersyukur.
“Fikri ditemukan di Morowali Utara, 500km jauhnya dari Donggala, kampung halamannya.”
Cerita lainnya datang dari seorang bocah 5 tahun (Jumadil) yang ketika terjadinya tsunami sedang bermain istana pasir di pantai.
“Jumadil menangis seharian hari itu. Ia tidak mau dilepaskan gendongannya. Sampai saat ia bosan dan akhirnya memutuskan bermain pasir di pantai. Tiba-tiba gelombang besar datang dari tengah laut dan membuat suasana kacau. Saya berusaha menarik Jumadil, tapi terhalang oleh orang-orang yang berlarian,” Ujar Ajarni, Nenek Jumadil.
Saat gelombang tsunami datang dan menghantam warga sekitar, Ajarni berusaha menyelamatkan diri dengan terus berlari dan bergelantungan diatas sebuah sepeda motor. Ia berhasil selamat, namun terpisah dengan cucu kesayangannya, Jumadil yang menghilang.
Pencarian pun juga turut dilakukan oleh keluarga Jumadil dengan memposting foto Jumadil di Facebook.
Keajaiban pun datang tanpa terduga, Sartini, istri dari seorang polisi yang bertugas dalam pengevakuasian korban tsunami Palu mengetahui info tentang Jumadil tersebut dari anaknya yang mengguakan Facebook.
“Pertama kali ketemu Jumadil, dia cuma menangis, selalu panggil ibu-bapaknya,” Ujar Sartini.
Sartini lah yang menemukan dan merawat Jumadil. Ia yakin bahwa Jumadil anak yang hilang dan ada di pencarian orang di facebook tersebut.
Terlihat dari ciri-ciri yang dikemukakan pada posting foto orang hilang tersebut. Anak kecil laki-laki berusia 5 tahun, yang memiliki tanda lahir pada belakang lehernya, serta menggunakan baju berwarna merah.
Pertemuan pun terjadi setelah berpisah pasca tsunami, Jumadil yang diantar oleh Sartini segera berlari ke pelukan Ibunya, Susi.
“ Dia langsung nempel di gendongan saya. Dia meluk saya erat seakan gak mau berpisah lagi.” Ujar Susi.
Jumadil dan ibunya tidak mengeluarkan sepatah kata pun. Mereka hanya berpelukan dan menangis bersama. Susi meyakinkan Jumadil bahwa kondisi telah kembali membaik seperti semula.
Beberapa hari kemudian, Susi baru bertanya pada Jumadil siapa yang menyelamatkannya. Jumadil berkata bahwa seorang petugas polisilah yang menyelamatkannya.
“ Ini semua adalah keajaiban, Ia bisa selamat dari Tsunami itu,” Ujar Susi.