DPR: Pilkada DKI Jakarta Pelajaran Demokrasi Paling Baik untuk Negeri Ini
Pilgub DKI masyarakat bisa memetik arti penting dari pluralisme, Pancasila, hingga saling menghormati sesama yang berbeda pendapat.

MONDAYREVIEW.COM- Pasangan Ahok-Djarot dinyatakan kalah pada Pulgub DKI Jakarta putaran dua versi quick count. Rata-rata perbedaan suara yang didapat pasangan Ahok-Djarot terpaut 15-18% dari rivalnya Anies-Sandi. Meski hasil quick count bukan acuan utama dalam menentukan siapa yang menduduki DKI Jakarta satu, namun biasanya hasilnya tidak akan jauh berbeda dengan perhitungan final KPUD KI Jakarta. Alhasil lini masa media sosial dibanjiri dengan narasi suka maupun duka.
Anggota Fraksi NasDem dari Dapil DKI Jakarta III, Ahmad Sahroni mengaku menerima banyak pesan singkat dari para relawan dan juga masyarakat terkait kekalahan Ahok. Bukan hanya itu, keriuhan pun ia rasakan di lini masa media sosial. Namun ia berusaha untuk menjelaskan kepada konstituennya bahwa inilah alam demokrasi, semua mempunyai peluang yang sama baik petahana atau penantangnya. Alam demokrasi baginya adalah sistem paling cair yang memungkinkan para calon Gubernur DKI Jakarta berkontestasi secara fair menurut perundang-undangan.
“Ahok kita akui hebat, banyak prestasinya kerjanya yang kita rasakan hingga saat ini. Tapi mungkin nasibnya bukan jadi gubernur lagi. Bisa jadi Ahok jadi pejabat negara lain. Kita tidak pernah tahu," jelasnya, Kamis (20/04).
Ia berujar bahwa kemungkinan dalam dunia politik itu selalu ada. Orang hebat seperti Ahok bisa berkontribusi membangun negara dengan cara lain meski tidak harus menjadi gubernur. Ia menunjukan beberapa meme-meme yang beredar di media sosial, bahwa masyarakat menghendaki Ahok untuk menduduki jabatan di kementerian bahkan banyak netizen yang menginginkannya jadi pimpinan KPK.
“Saya lihat di medsos banyak juga netizen yang menginginkan Ahok jadi Ketua KPK, bahkan juga menteri. Bisa saja, tapi kita lihat konstelasi politik berikutnya,,” jelasnya.
Riuhnya Pilkada DKI Jakarta putaran kedua ini menurut politisi asli Tanjung Priok ini sebagai pelajaran demokrasi paling baik untuk negara ini. Dari Pilgub DKI masyarakat bisa memetik arti penting dari pluralisme, Pancasila, hingga saling menghormati sesama yang berbeda pendapat. Kini, menurut Sahroni, saatnya kita saling menggenggam tangan kembali sebagai warga Jakarta.
“Mari saling merangkul, kita kembali membina hubungan yang harmonis bersama kawan atau saudara yang berbeda pandangan politik. Saatnya membangun persaudaraan dan hilangkan ketegangan," pungkasnya.