DPR Nilai Pemda dan Masyarakat di NTT Tak Serius Tangani Limbah Bahan Beracun dan Berbahaya
Bahkan sampai saat ini, belum ada kebijakan yang terukur dan cerdas terkait penanganan limbah rumah tangga.

MONITORDAY. COM - Anggota Komisi IV DPR RI, Yohanis Fransiskus Lema menilai, pemerintah daerah dan masyarakat di Nusa Tenggara Timur (NTT) kurang serius dalam menangani dan mengelola limbah bahan beracun dan berbahaya (B3).
"Bahkan sampai saat ini, belum ada kebijakan yang terukur dan cerdas terkait penanganan limbah rumah tangga," kata Yohanis saat sialisasi penanganan dan pengolahan limbah B3 infeksius Covid-19 di Provinsi NTT, Sabtu (06/06/2020).
Apapun, kegiatan sosialisasi ini bekerja sama dengan Direktorat Jenderal Pengelolaan Sampah, Limbah, Bahan Beracun dan Berbahaya (PSLB3) Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK).
Dalam video conference ini melibatkan Dinas LHK Provinsi NTT, Dinas Kesehatan Provinsi NTT, rumah sakit rujukan Covid-19, RSUD Prof Dr. W Z Yohannes Kupang, dan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Nusa Cendana.
"Untuk konteks NTT, saya menilai pemerintah daerah dan masyarakat belum serius dan belum sepenuhnya sadar dalam menangani dan mengelola limbah B3. Bahkan, sampai saat ini belum ada kebijakan yang terukur dan cerdas terkait penanganan limbah rumah tangga," ucapnya.
Pasalnya, sampah berdampak pada kualitas kehidupan manusia dan makhluk hidup secara umum, serta berdampak pada lingkungan hidup.
Terkaiat peradapan negara, Yohanis menekankan bahwa peradaban yang sehat dapat diukur dari cara negara dan masyarakatnya dalam hal mengelola sampah. Sehingga, semakin tinggi peradaban suatu negara semakin baik proses pengelolaan dan perlakuan terhadap sampah.
Menurut pemerhati lingkungan hidup asal Jerman, Kurt Tucholsky (1890-1935) mengatakan, bahwa dasar dari tatanan yang sehat adalah pengelolaan sampah. Peradaban yang sehat dimulai dan diukur dari cara masyarakat mengelola sampahnya.
Selain itu, ketika Piala Dunia 2018 di Rusia, kita menyaksikan bahwa suporter Jepang mendapatkan applause, puja-pujian dari dunia internasional, terutama karena mereka begitu tertib setelah menonton laga pertandingan berinisiatif penuh membersihkan stadion dari sampah.
"Saya menceritakan hal ini untuk menggambarkan bahwa peradaban yang tinggi dapat diukur dari cara kita mengelola atau memperlakukan sampah," tutur Yohanis.
Sehingga, kegiatan sosialisasi ini merupakan momentum yang sangat tepat untuk membangun kesadaran, menggagas dan memperkuat kerja sama, untuk penanganan limbah B3 yang dihasilkan rumah sakit, maupun yang bersumber dari rumah tangga, kata anggota DPR-RI daerah pemilihan (dapil) NTT-2 ini.