Dosen UNS Soroti Berkurangnya Penguasaan Bahasa Daerah Di Masyarakat

MONITORDAY.COM - Penggunaan dan penguasaan Bahasa Daerah di kalangan masyarakat menunjukan gejala memudar seiring dengan perkembangan zaman.
Misalnya dalam bahasa Jawa ada tingkatan-tingkatan bahasa seperti kromo inggil dan ngoko yang digunakan untuk tingkatan umur yang berbeda. Misalnya bahasa Jawa ngoko untuk sebaya dan kromo inggil untuk yang lebih tua.
Namun penguasaan terhadap hal tersebut terlihat memudar khususnya di kalangan anak muda. Hal ini karena kebiasaan menggunakan bahasa Indonesia dalam kehidupan sehari-hari. Selain itu terdapat perasaan takut salah di kalangan anak muda.
Hal ini disoroti oleh Kaprodi Bahasa dan Sastra Jawa Universitas Negeri Sebelas Maret Surakarta Supana.
Supana menyoroti beragam kesalahan penggunaan bahasa Jawa yang terjadi di masyarakat.
Ia memberikan contoh sederhana, jika dilihat penulisan lirik dalam video lagu-lagu berbahasa Jawa. Kebanyakan terjadi kesalahan penulisan huruf. Seperti yang seharusnya ditulis kutha, tetapi justru ditulis kutho.
“Jadi sering keliru pada huruf ‘a’ yang memang dilafalkan ‘o’. Bukan hanya masalah pengucapan, ada juga gramatika atau struktur bahasanya. Misal untuk menyusun kata lima orang dalam bahasa Jawa jadi lima wong. Harusnya wong lima. Hal ini karena terpengaruh gramatika bahasa Indonesia,” jelas Dr. Supana seperti dikutip dari laman uns.ac.id, Rabu (24/3/2021).
Supana mengungkapkan bahwa pengaruh gramatika bahasa Indonesia telah masuk ke dalam bahasa Jawa. Hal ini karena pendidikan kita didominasi oleh Bahasa Indonesia sebagai bahasa pengantar.
“Begitu pun dalam pendidikan, bahasa pengantarnya juga bahasa Indonesia. Maka ini menjadi pengaruh pada perkembangan bahasa generasi muda. Tidak benar-benar paham struktur bahasa Indonesia dan Jawa, jadi banyak terpengaruh dan tercampur,” ungkap Supana.
Guna mengatasi hal tersebut, Supana merekomendasikan tiga poin kepada pemerintah, pertama adalah ditambahkannya jam pelajaran bahasa Daerah, kedua penyediaan guru bahasa daerah yang memang berlatar belakang pendidikan bahasa Daerah, ketiga pembiasaan bahasa Daerah di lingkungan keluarga.