Dorong Peserta Didik Berwirausaha Melalui SIKEPO

Metode ini dibuat dilatarbelakangi oleh pelaksanaan metode belajar kewirausahaan yang diterapkan saat ini lebih banyak hanya memberikan teori secara monoton.

Dorong Peserta Didik Berwirausaha Melalui SIKEPO
Penggagas Metode Pembelajaran SIKEPO, Tresi Tiara Intania Fatimah, dalam seminar Teaching Factory untuk Penguatan Karakter Kerja dan Kewirausahaan Siswa SMK di Era Revolusi Industri 4.0, di gedung Kemendikbud, Rabu (4/12).

MONITORDAY.COM - Dalam rangka mendorong semangat peserta didik untuk berwirausaha, SMK TI Pembangunan Cimahi berinisiatif membuat sebuah metode pembelajaran berbasis praktik yang dinamakan SIKEPO (Observasi, Kepepet, Praktik, Omset). Metode ini dibuat dilatarbelakangi oleh pelaksanaan metode belajar kewirausahaan yang diterapkan saat ini lebih banyak hanya memberikan teori secara monoton. Akibatnya, peserta didik akan bosan dan tidak benar-benar mengerti apalagi memulai untuk berwirausaha.

"Saya melihat polanya selama ini pelajaran kewirausahaan di sekolah hanya menyampaikan teori secara monoton. Yang akibatnya tidak ada hasil signifikan bagi para siswa. Jiwa enterpreneur anak-anak tidak tumbuh. Karena itu, metode ini mengajarkan siswa untuk action dan memulai berwirausaha," ujar Penggagas SIKEPO, Tresi Tiara Intania Fatimah, dalam seminar Teaching Factory untuk Penguatan Karakter Kerja dan Kewirausahaan Siswa SMK di Era Revolusi Industri 4.0, di gedung Kemendikbud, Rabu (4/12).

Tresi menjelaskan, ada beberapa tahap yang diajarkan ke siswa dalam pembelajaran SIKEPO ini. Pertama, Observasi, yaitu para siswa diminta untuk melakukan pengamatan terhadap wirausaha yang ada lingkungannya. Bentuk wirausaha yang harus diamati tidak diharuskan usaha yang besar, namun lebih kepada usaha-usaha kecil yang ada di lingkungan mereka.

"Jadi observasi ini membentuk siswa agar bersimpatik. Mereka tidak bisa pandang remeh pedagang asongan, atau pedagang maknan keliling yang ternyata dapat meraih omset ratusan ribu per hari. Bahkan Tukang Sate dapat meraih omset belasan juta per malam," ungkapnya.

Kemudian kedua, Kepepet. Tresi menjelaskan, dalam tahapan ini, para siswa melakukan kontrak belajar dan perencanaan sebuah usaha untuk mencapai target yang telah ditentukan. Dalam hal ini peserta didik diajarkan bertanggungjawab untuk mencapai target. 

"Kami menantang para siswa untuk mempunyai target, dan bila target tersebut tidak tercapai, maka mereka belum bisa mendapat nilai. Meski penuh dengan pro dan kontra dari berbagai pihak, namun metode pembelajarannya tetap dilaksanakan. Setiap peserta didik di kelasnya dipatok unuk memenuhi target omset sebesar Rp. 500.000,00 per semester," jelasnya.

"Karena kepepet, mereka dapat menemukan berbagai inspirasi pemecahan masalah dan bersikap kreatif menghadapi tantangan. Dengan kepepet, mereka berupaya menjalin kerjasama dan berkomunikasi satu sama lain. Mereka menjadi mengerti arti kolaborasi," lanjut Tresi.

Setelah Kepepet, langkah selanjutnya, yaitu Praktik. Tresi menjelaskan, dalam praktek ini, peserta didik melakukan sebuah wirausaha dengan menerapkan nilai keuletan, bekerja sungguh-sungguh untuk memenuhi order/ permintaan pelanggan. "Inilah tantangan dan peluangnya. Mereka juga harus memposting testimoni pelanggan sebagai gambaran keberhasilan praktik penjualan," ungkapnya.

Kemudian, langkah terkahir yaitu Omset. Tresi menjelaskan, setiap wirausaha harus mempunyai target omset yang harus diraih. Melalui tahapan ini, para siswa harus mencatat omset yang mereka raih. "Mereka berlatih bersikap disiplin melakukan pencatatan dan jujur atas capaiannya. Mereka harus memposting bukti-bukti pembayaran sebagai laporan raihan omset. Semua tergambar di blog masing-masing sebagai sarana pemantauan dan evaluasi," ungkapnya.

Metode pembelajaran SIKEPO ini dinilai berhasil dalam mendorong siswa untuk berwirausaha. Tresi mengungkapkan, sejauh ini telah banyak siswa yang berhasil dalam menjalankan wirausahanya, bahkan mendapatkan omset hingga puluhan juta setiap bulannya. "Hasilnya luar biasa, mereka saat ini bisa membeli barang-barang yang diinginkannya dari hasil berwirausaha. Bahkan ada lulusan dari SMK kami bisa membeli mobil karena melanjutkan usahanya setelah lulus sekolah," ungkapnya.

Karena keberhasilan itu, metode SIKEPO telah diadopsi oleh ribuan sekolah di Indonesia. Tresi menuturkan, saat ini sudah sekitar 1500 SMK yang telah mengadopsi metode ini. Menurutnya, hal ini menunjukan keberhasilan metode ini dalam membangun jiwa wirausaha bagi peserta didik.

Karena itu, Tresi berharap, melalui metode ini, para tenaga pendidik bisa merubah pandangan mereka akan pentingnya berwirausaha. Peserta didik harus ditempa agar mau memulai untuk membuka usaha. "Para guru harus keluar dari zona nyaman. Karena jika guru tidak mengubah maindsetnya, bagaimana bisa menghasilkan lulusan yang bisa bersaing di dunia usaha," tandasnya.