Dinilai Jadi Pemicu Covid-19, Ilmuwan WHO Sesali Laga Final Euro 2020

MONITORDAY.COM - Ilmuwan Badan Organisasi Kesehatan Dunia (World Health Organization/WHO), Maria Van Kerkhove geram dengan gelaran Piala Euro 2020, setelah menyaksikan kerumunan besar pada final antara Italia dan Inggris.
"Haruskah saya menikmati tontonan penyebaran virus depan mata saya?" “Pandemi #COVID19 tidak berhenti malam ini… #SARSCoV2 #VarianDelta akan memanfaatkan orang-orang yang tidak divaksinasi, berkerumun, yang tak kenakan masker, berteriak/bernyanyi. Ini jelas menghancurkan.” ungkap Kerkhove di twitter, sebagaiman di lansir The Guardian, Senin (12/7/2021).
Menurut Kerkhove, merujuk data di atas, dapat dipastikan laga Final Euro 2020 bersamaan dengan penyebaran COVID-19 di seluruh Inggris. Khususnya Varian delta yang sejatinya menjadi perhatian khusus bagi Inggris.
Kerkhove juga menilai bahwa penyebaran COVID-19 kemungkinan terjadi lantaran pembatasan telah ditiadakan. Pihak berwenang semestinya tidak mengandalkan pada tingkat vaksinasi yang tinggi di Inggris.
sebelumnya, WHO telah mengeluarkan peringatan terhadap kerumunan yang terjadi saat dihelatnya gelaran prestisius bagi warga Eropa bahkan dunia.
WHO sendiri mencatat tingkat infeksi COVID-19 telah meningkat di seluruh dunia akhir-akhir ini, ada 2,6 juta kasus baru COVID-19 dalam seminggu terakhir. Eropa pun mengalami peningkatan 30% kasus pada minggu lalu.
Lebih lanjut, WHO juga merujuk pada kesepakatan Inggris dengan UEFA juni 2021 yang mengizinkan Wembley membuka hingga 75% dari kapasitas 90.000 untuk tiga pertandingan Juli, termasuk perhelatan final.
Meskipun Panitia Sempat menghentikan laga pada tahap akhir, yang merupakan bagian dari Program Penelitian Acara (ERP). Namun tindakan tersebut tidak dapat diandalkan.
" Program Penelitian Acara bertujuan untuk memeriksa resiko penularan COVID-19 bagi mereka yang menghadiri acara dan mencari cara agar setiap yang hadir bisa diselamatkan,"
Namun, penggunaan darurat (EUA) tes COVID-19 aliran lateral Innova yang digunakan di Inggris tidak bisa diandalkan dalam mendeteksi kasus positif ketika orang tanpa gejala juga ikut berkerumun, maka gejala positif bisa terjadi.
WHO telah mengeluarkan maklumat peringatan bahwa kerumunan berbarengan dengan laga Euro 2020 bakal memicu kasus virus corona terbaru.
“Dalam konteks peningkatan penularan, pertemuan massal yang besar dapat menjadi sebagai pemicu,” Katie Smallwood, petugas darurat senior WHO, mengatakan pada awal Juli.
Komite kesehatan masyarakat parlemen Eropa juga menyesali keputusan untuk mengizinkan 60.000 penggemar ke Wembley. Keputusuan itu dinilai sebagai "resep bencana".
Sejauh ini, WHO telah memprediksi ratusan kasus berkaitan dengan laga tersebut, termasuk hampir 1.300 penggemar Skotlandia yang melakukan perjalanan ke London untuk pertandingan tim mereka melawan Inggris pada 18 Juni mendatang. Belum lagi, 300 orang Finlandia yang kembali dari St Petersburg, yang kemungkinan terinfeksi di Kopenhagen.
Mengingat Covid adalah infeksi yang ditularkan melalui udara, risiko penularan pun dipastikan tertinggi dalam ruangan (dengan ventilasi terbatas atau tanpa ventilasi). Lantas mereka yang berkerumun diluar pun, tetap berpotensi positif Covid-19.
"Jadi, meskipun penonton berteriak dan bernyanyi di luar stadion selama pertandingan, layaknya semua bar, bus, kereta api, rumah di mana jutaan orang melakukan sorak-sorak pada saat yang sama, tidak menjamin jika mereka tidak terjangkit dengan virus itu," ucap Catherine Noakes, profesor teknik lingkungan untuk bangunan di Universitas Leeds, dan anggota Sage.