Digitalisasi di Mata Wong Cilik

MONITORDAY.COM - Semakin berkembangnya teknologi internet membuat banyak hal saat ini terdigitalisasi. Banyak aktivitas yang dulunya harus dikerjakan secara langsung, kini secara praktis bisa dilakukan hanya melalui gadget.
Misalnya, belanja saat ini bisa lewat online, berobat bisa melalui aplikasi, dan bahkan belajar saat ini bisa dalam jaringan (Daring). Terlebih di masa pandemi, saat intensitas tatap muka dibatasi, proses digitalisasi ini semakin terakselerasi.
Ekosistem digital ini di satu sisi tentu akan menguntungkan banyak pihak karena bisa memudahkan. Namun di sisi lain digitalisasi menjadi sulit dijangkau terutama oleh masyarakat tidak melek digital.
Sebenarnya bagaimana masyarakat bawah atau wong cilik melihat tren digitalisasi ini?. Data dari Asosiasi Penyelenggara jasa internet Indonesia (APJII) menunjukkan sekitar 64,8 persen dari total jumlah penduduk Indonesia saat ini telah melek internet di tahun 2020.
Artinya, dari total 264 juta penduduk Indonesia, sudah ada sekitar 171 juta orang yang telah memanfaatkan internet. Jumlah ini bisa jadi bertambah jika mengacu data terbaru.
Data itu menunjukkan sebagian besar masyarakat kita sudah melek internet. Namun pada kenyataannya, teknologi digital belum dapat dimanfaatkan secara optimal oleh masyarakat, terutama untuk keperluan peningkatan ekonomi.
Misalnya bagi pelaku UMKM yang jumlahnya sekitar 64,2 juta di Indonesia, baru sekitar 24% yang terhubung dengan internet. Jumlah ini memang sudah lebih baik ketimbang sebelum adanya pandemi.
Namun artinya, sebagian besar pelaku usaha kecil kita masih menggunakan cara-cara konvensional. Padahal, digitalisasi dapat menjanjikan keuntungan yang lebih besar karena bisa memperluas pasar untuk produk yang dijualnya.
Selain di sektor UMKM, Riset dari Crowde juga menunjukkan, baru ada 4,5 juta petani dari total 33,4 juta petani di Indonesia pada tahun 2020 yang menggunakan internet selama satu tahun belakangan.
Padahal bantuan teknologi internet dalam dunia pertanian dapat memberikan kemudahan prosesnya dari hulu ke hilir yang akhirnya meningkatkan pendapatan petani.
Rendahnya penggunaan internet di kalangan petani ini ditengarai karena rendahnya tingkat pendidikan yang hampir separuhnya atau sebanyak 14 juta petani merupakan lulusan tingkat sekolah dasar.
Data-data tersebut menunjukkan, sebagian besar masyarakat bawah yang berprofesi sebagai pelaku usaha kecil maupun petani masih belum bisa memanfaatkan tren digitalisasi yang sedang berlangsung. Bisa jadi karena mereka adalah orang-orang belum melek digital.