Data Vaksin di Jateng Kacau, Ganjar Langsung Terjun ke Lapangan

MONITORDAY.COM - Sejumlah kepala daerah di Jawa Tengah (Jateng) banyak yang protes kepada pemerintah pusat terkait ketersediaan vaksin. Pasalnya, data vaksinasi antara pemerintah pusat dan daerah tidak sama. Akibat dari persoalan ini, banyak daerah di Jateng yang kehabisan stok vaksin.
Dalam hal ini, data yang dimiliki pemerintah pusat melalui aplikasi Smile menunjukkan daerah-daerah itu masih memiliki stok vaksin cukup banyak. Ternyata, data di aplikasi Smile tidak sesuai seperti di lapangan.
Ambil langkah cepat, Gubernur Jateng, Ganjar Pranowo langsung terjun ke lapangan. Ia mendatangi Grobogan untuk melihat kondisi di sana. Karena, Bupati Grobogan selalu meminta tambahan vaksin.
Berdasarkan data Smile dari pemerintah pusat, stok vaksin di Grobogan masih banyak, sehingga tidak dikirim.
Saat meninjau vaksinasi di Desa Wolo, Grobogan, Ganjar menemukan titik persoalannya.
Terkait hal ini, setiap acara vaksinasi semua data diinput secara langsung melalui aplikasi Pcare. Selanjutnya, data diinput melalui aplikasi Smile.
“Lha kenapa tidak ke Smile Pak, kan itu pusat melihatnya pakai itu,” tanya Ganjar ke petugas.
Atas tinjauan itu, Ganjar menemukan titik persoalan. Menurutnya, sebenarnya ada ketidakcocokan data antara pemerintah pusat dengan daerah.
Di sisi lain, pemerintah pusat melihat stok masih banyak, sebab inputing data ke aplikasi Smile belum sempurna.
“Saya hanya mau meluruskan saja, karena kemarin saat saya sampaikan ke pusat, hampir seluruh kabupaten protes. Lho kami sudah menyuntikkan banyak, dan sudah habis, kok datanya seolah-olah kami masih nyimpan stok. Ini Bu Bupati Grobogan juga komplain, makanya langsung saya cek,” tuturnya.
Orang nomor satu di Jateng itu menyebutkan, ada dua sistem yang perlu dikoreksi. Pertama, Pcare yang merupakan aplikasi yang digunakan untuk menyimpan data setelah orang divaksin. Setiap yang datang, divaksin langsung diinput.
“Ini (Pcare) sebenarnya adalah data paling riil. Sementara pusat yang dipakai acuan data dari aplikasi Smile. Ternyata butuh waktu lama untuk mengisi ke aplikasi Smile, mulai disuntik, direkap di aplikasi Pcare, baru dilaporkan. Lha ini kalau belum diinput di Smile, maka dibaca dan dianggap stok masih banyak,” jelasnya.
Dalam mengantisipasi hal itu, Ganjar mengusulkan agar ada integrasi data. Ganjar meminta pemerintah pusat untuk juga melihat proses vaksinasi di aplikasi Pcare.
“Karena itu lebih realtime. Nanti kami evaluasi dengan Dinkes dan akan kami usulkan. Kebetulan Pak Menkes tadi telpon, jadi sekaligus kami umumkan,” tandasnya.
Politikus PDIP itu berharap ke depan tak lagi ada ribut-ribut soal perbedaan data. Semetara yang perlu diributkan saat ini yaitu seberapa cepat warga divaksin.
“Biar energinya tidak dibuang untuk perdebatan yang tidak penting lagi, karena kita bisa memperbaiki itu,” pungkas Ganjar.
Sementara itu, Kepala Dinas Kesehatan Grobogan, Slamet Widodo menerangkan bahwa inputing data ke aplikasi Smile membutuhkan waktu yang lama. Sedangkan data baru diinput usai direkap dari aplikasi Pcare.
“Itu butuh waktu lama pak, kami tiap hari kalau vaksinasi sudah langsung input ke aplikasi Pcare,” urainya.