Dapat Sertifikat Tanah, Menkop UKM Minta Petani Garut Tanam Komoditi Unggulan dan Berkoperasi

Tidak hanya mendapat program sertifikasi tanah dari Kementerian ATR/ Kepala BPN, Petani di Desa Sukawargi Kecamatan Cisurupan, Garut, mereka juga ditawari bantuan kegiatan produksi dalam mengolah tanahnya oleh Menteri Koperasi dan UKM, Teten Masduki.

Dapat Sertifikat Tanah, Menkop UKM Minta Petani Garut Tanam Komoditi Unggulan dan Berkoperasi
Menteri Koperasi UKM Teten Masduki dan Menteri ATR/Kepala BPN Sofyan Djalil di Garut (Fhoto ; Humas Kemenkop UKM)

MONITORDAY.COM - Tidak hanya mendapat program reforma agraria melalui redistribusi tanah dari Kementerian ATR/ Kepala BPN, Petani di Desa Sukawargi Kecamatan Cisurupan, Garut, mereka juga ditawari bantuan kegiatan produksi dalam mengolah tanahnya oleh Menteri Koperasi dan UKM, Teten Masduki.

"Bentuk koperasi nanti saya bantu. Saya yang isi kegiatan produksinya. Pak Menteri ATR sudah bantu sertifikat tanahnya. Sekarang tinggal produksinya," ujar Teten saat mendampingi program Reforma Agraria oleh Menteri ATR/ Kepala BPN Sofyan Djalil di Garut, Senin (23/12).

Selain itu, teten juga mengingatkan agar Petani menjaga tanahnya. Hal ini, sebagaimana disampaikan oleh Presiden Jokowi agar setiap tanah yang telah dibagikan tidak dikumpulkan lagi kepada para pemilik modal atau orang kaya.

"Kami minta lahan yang sudah dibagi-bagi melalui sertifikat ini, jangan lagi ngumpul atau dijual ke orang kaya,” pinta Teten.

Teten menambahkan, Kemenkop dan UKM akan bekerjasama dengan Bupati Garut mengelola lahan tersebut. Sehingga, sertifikat tanah yang diberikan tersebut tanahnya menjadi produktif.

Masyarakat Garut selama ini, imbuh Teten, sudah dikenal sebagai salah satu daerah penghasil komoditas pertanian dan perkebunan terbesar di Jawa Barat Seperti padi, jagung, cabe, kapulaga, aren, teh, karet dan cengkeh.

"Soalnya (petani) waktu dan tenaga banyak ruginya. Makanya harus mulai menanam produk unggulan. Biar UKM-nya unggul," katanya.

Dalam kesempatan itu, Teten juga menyarankan tidak hanya menanam sayuran, tetapi juga komoditi lain seperti pisang dan kopi.

“Saya lihat tadi sudah ada yang tanam pisang, bagus tetapi jenisnya tidak begitu diminati pasar global dibandingkan pisang raja bulu, pisang maskirana dari Lumajang, atau pisang barangan," tuturnya.

Karena, menurut Teten, sebetulnya minat terhadap produksi pisang di dalam cukup tinggi begitupula permintaan untuk ekspor. Dirinya juga akan membantu petani dalam menemukan buyer (pembeli) nya bagi komoditi tersebut.

“Nanti coba akan saya ajak pengusaha holtikultura ke Garut," pungkasnya.