Cegah Radikalisme, Guru Beri Pemahaman Kebangsaan dan Moderasi Beragama
Pencegahan paham radikalisme di dunia pendidikan perlu digiatkan. Misalnya berikan pemahaman kebangsaan yang holistik dan moderasi beragama yang tepat.

MONITORDAY.COM - Pencegahan paham radikalisme di dunia pendidikan perlu digiatkan. Misalnya berikan pemahaman kebangsaan yang holistik dan moderasi beragama yang tepat.
Demikian disampaikan oleh Kasubag Kementrian Agama DKI Jakarta, H. Saprudin M.M saat berikan materi pada Talkshow Persatuan Guru NU (PERGUNU) DKI Jakarta bertema "Menangkal Radikalisme, Menjaga Bangsa dan Agama" yang dirangkai dengna MOU beasiswa S1, S2 dan S3 dari Jain University India di Gedung PWNU DKI Jakarta, minggu (23/2)
"Ka Kanwil Kemenag DKI Jakarta yakni Bapak H Saeful Mujab, M.A, menugaskan saya untuk berikan materi dikarenakan beliau saat ini juga memiliki agenda lainnya. Tentunya, ini tugas negara dan saya sangat mengapresiasi inisiasi PERGUNU DKI Jakarta atas terselenggaranya kegiatan ini" ujarnya
Pemahaman kebangsaan kata Saprudin sangat penting bagi siswa didik. Dalam konteks pencegahan radikalisme, peserta didik perlu diberikan pemahaman bahwa Indonesia ini memiliki ragam budaya, perbedaan dan segala keunikannya sehingga wajib dijaga.
"stimulasi sense of curiosity (rasa ingin tahu) mereka bahwa negara ini ditakdirkan memiliki keanekaragaman namun tetap berbhineka, sodorkan para siswa gambaran Indonesia, ajak mereka berpikir kenapa ada jawa, sumatra, kalimantan, maluku, papua, Bali, NTT, NTB, Papua, Ambon dan seterusnya. Agama di negeri ini tidak hanya satu tapi lebih dari satu. Dengan demikian mereka akan menelaah setiap fenomena yang terjadi dan sampaikan betapa bahayanya perpecahan NKRI " katanya kepada para peserta yang sebagaian besar para guru yang merupakan pengurus PERGUNU DKI Jakarta.
kemampuan ini seringkali tidak diberdayagunakan oleh guru-guru dalam mengeksplor kemampuan kognitif siswa, banyak proses pembelajaran yang digunakan oleh guru yang hanya mengandalkan sebuah istilah yang penting pembelajaran ada, tapi mereka tidak memahami bahwa bukan hanya dari segi itu kemampuan kognif siswa akan tercapai.
Selain itu, moderasi beragama juga sebagai upaya penangkalan paham radikalisme yang perlu digaungkan di sekolah-sekolah. Di sinilah pentingnya 'batu pertama' moderasi beragama dibangun atas dasar filosofi universal dalam hubungan sosial kemanusiaan. Sekolah menjadi sarana tepat guna menyebarkan sensitivitas peserta didik pada ragam perbedaan.
Membuka ruang dialog, guru memberikan pemahaman bahwa agama membawa risalah cinta bukan benci dan sistem di sekolah leluasa pada perbedaan tersebut.
"Kita juga tidak bisa menutup mata bahwa sekolah bagaikan ruang yang tak bertuan. Maksudnya, sekolah menjadi tempat bertarung ideologi transnasional yang kerap menafikan kebangsaan"
Menyusup dalam benak pikiran peserta didik di dalam ruang kelas maupun di luar ruang kelas sehingga minimnya pemahaman kebangsaan dan menguatnya paham keagamaan yang formalis. Memahami agama dengan setengah-tengah dan mementingkan tampak luar dengan formalitas agama.
Hadir juga para tokoh seperti Luthfi Wahid Hakim (Ketua PERGUNU DKI Jakarta), August Hamonangan S.H, M.H (Anggota DPRD DKI Jakarta Fraksi PSI), Rahul Jaiswal (Kepala Admission Jain University India) Ir. Ja’far Amiruddin, M.T (Ketua Wilayah LP Ma'arif NU DKI Jakarta), seluruh Ketua DPC PERGUNU DKI Jakarta berserta pengurus