Catatan Perjalanan 109 Tahun Muhammadiyah dan 8 Nilai Aktualisasi Islam

MONITORDAY.COM - Sebuah gerakan sosial perlu memelihara cita-citanya. Demikian pula dengan Muhammadiyah yang kini memasuki usia 109 tahun dalam bilangan Miladiyah. Perjalanan panjang sejak era kolonial hingga milenial. Organisasi ini tumbuh dari kesadaran untuk maju, dari keprihatinan atas nasib ummat Islam sebagai bagian dari bangsa Indonesia yang kala itu jauh berada di buritan peradaban.
Muhammadiyah bukan entitas bisnis sehingga terus berinovasi dalam layanan sosial. Di bidang kesehatan Muhammadiyah tidak berhenti dengan menghadirkan Rumah Sakit. Fasilitas layanan kesehatan ini menjadi basis dari kehadiran Muhammadiyah saat terjadi bencana. Termasuk dalam menghadapi pandemi Covid-19. Rantai pasok sumber daya yang dimiliki Muhammadiyah dalam manajemen kebencanaan yang handal membuktikan bahwa organisasi ini hadir menjadi solusi bagi bangsa.
Tak hanya dalam situasi tanggap darurat, kehadiran Muhammadiyah Disaster Management Center (MDMC) dan LazisMu di titik bencana menghadirkan solusi pasca bencana dalam program jangka menengah bahkan jangka panjang. Pemulihan trauma, menyediakan kembali hunian sementara, membangkitkan kembali kemampuan ekonomi para penyintas, dan sejumlah langka lainnya di tempuh.
Di bidang pendidikan Muhammadiyah terus mengembangkan sayap layanannya. Inovasi dalam menghadirkan sekolah dan perguruan tinggi unggulan juga terus dilakukan. Boleh dikata sekolah swasta yang masih menjaga keseimbangan antara misi dengan visi untuk membangun pendidikan yang maju adalah perguruan Muhammadiyah. Banyak sekolah swasta berkualitas namun kehadirannya hanya dirasakan oleh kalangan menengah atas.
Menyadari sebagai entitas yang tidak tumbuh di ruang hampa, Muhammadiyah juga ikut mengawal dinamika sosial politik dan masalah kebangsaan dalam bingkai politik moral. Sejauh ini Muhammadiyah mampu menjaga sikapnya yang obyektif dan terukur dalam menghadapi pengaruh politik. Muhammadiyah tidak terbelah meski perbedaan pandangan secara internal memasuki fase tertentu dengan intensitasnya yang tinggi.
Semua itu dapat dijaga karena Muhammadiyah berpegangan pada prinsip-prinsip yang kuat. Salah satu Inti Pengajian Milad oleh Ketum PP Muhammadiyah, Haedar Nashir di Universitas Muhammadiyah Purwokerto (UMP) terkait 8 Nilai Aktualisasi Islam patut dielaborasi. Menjadi pedoman dalam upaya menggerakkan dakwah Islam di tengah perubahan. Agar substansi gerakan sosial ini tetap terjaga dan tidak kehilangan ruhnya.
Pertama, Nilai Tauhid pro kehidupan pro kemanusiaan. Orang teruji keimanannya ketika mencintai orang lain bahkan yang tidak seagama. Termasuk ketika terjadi bencana. Kedua, NIlai Pemuliaan Manusia. Laki-laki dan perempuan diciptakan sama derajatnya di mata Allah. Perempuan boleh menjadi profesional bahkan pemimpin publik. Meskipun dalam rumah tangga ada kepemimpinan laki-laki.
Ketiga, Nilai persaudaraan dan ukhuwah. Dalam dinamika pasti ada gesekan dan benturan. Kita dituntut untuk menjadi dewasa. Keempat, Nilai welas asih. Kita tebarkan nilai kasih sayang. Allah mencintai kita jika kita mencintai kehidupan dan sesama. Bahkan terhadap tumbuhan dan makhluk Allah. Kelima, Nilai wasathiyah atau nilai tengahan. Keributan terjadi jika ada pihak yang memaksakan kehendak. Moderat itu mudah untuk diucapkan susah untuk dipraktikkan. Mencari titik tengah dan solusi.
Keenam, Nilai Etos Kerja atau kesungguhan. Kalau kita bersungguh sungguh Tuhan akan membuka jalan. Gagal di satu langkah tempuh langkah yang lain. Indeks Pembangunan Manusia kita masih di bawah 6 negara ASEAN. Namun ada potensi luar biasa. Ketujuh, Nilai Ilmu. Dimana sejak awal di IPM, IMM, dan ortom lainnya diajarkan nilai-nilai keilmuan. Indonesia akan maju jika kita mencintai dan menggunakan ilmu dalam kehidupan. Terakhir, Nilai Kemajuan. Puncak pergerakan Muhammadiyah adalah membawa Indonesia bahkan dunia menuju kemajuan.