Cara Pemerintah Cegah Kanker pada Perempuan

Kanker Serviks dan Payudara jadi yang paling banyak menggerogoti perempuan

Cara Pemerintah Cegah Kanker pada Perempuan
Dirjen Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kemenkes, Mohamad Subuh. Foto: Yusuf Tirtayasa/Monitorday.com

MONITORDAY.COM, Jakarta - Beban penyakit kanker terbilang cukup tinggi di Indonesia. Berdasarkan data Riskesdas tahun 2013, prevalensi tumor/kanker di Indonesia adalah 1.4 per 1000 penduduk, atau sekitar 347.000 orang.

Demikian dikatakan Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kementerian Kesehatan (Kemenkes), Mohamad Subuh. Menurutnya, jenis kanker yang paling banyak menggerogoti para perempuan Indonesia adalah kanker serviks (leher rahim) dan payudara. Dan pihak Kemenkes sendiri telah berusaha mencegah dan mengendalikan dua jenis kanker tersebut.

"Pemerintah telah melakukan upaya deteksi dini kanker payudara dan kanker leher rahim," katanya dalam jumpa pers memperingati Hari Kanker Sedunia (HKS) di Gedung Prof. Rusjidi Kemenkes, Rasuna Said, Jakarta Selatan, Rabu (31/1/2018).

Upaya deteksi dini kanker pada perempuan tersebut berupa deteksi dini kanker leher rahim dengan metode lnspeksi Visual dengan Asam Asetatc (IVA) dan kanker payudara dengan Pemeriksaan Payudara Klinis (SADANIS).

Cakupan deteksi dini IVA dan SADANIS di Indonesia sampai dengan tahun 2017 meningkat jika dibandingkan tahun 2016 dimana cakupan pemeriksaan sebesar 1.925.943 orang atau 5.2 persen menjadi 3.038.296 atau sekitar 8.1 persen.

Subuh menuturkan program deteksi dini kanker payudara dan kanker Ieher rahim juga didukung oleh Ibu Negara dan Organisasi Aksi Solidaritas Era Kabinet Kerja (OASE KK). Hal itu diawali dengan pencanangan peningkatan peran serta masyarakat dalam pencegahan dan deteksi dini kanker pada perempuan oleh lbu Negara di Kulon Progo, 21 April 2015.

Selain deteksi dini, Kemenkes juga melakukan demonstration project imunisasi Human Papiloma Virus (HPV) bagi anak sekolah sebagai pencegahan kanker leher rahim. HPV merupakan virus yang menular melalui hubungan seksual.

Kegiatan itu dilaksanakan pada 2016 di Provinsi DKl Jakarta. Tahun 2017 dilaksanakan di DKl Jakarta, Yogyakarta dan Jawa Timur. Tahun ini rencananya akan diperluas ke Provinsi Sulawesi Utara dan Sulawesi Selatan.

Kemudian, Kemenkes juga mengembangkan program penemuan dini kanker pada anak, paliatif kanker, deteksi dini faktor risiko kanker paru dan sislem registrasi kanker nasional.

"Untuk mengoptimalkan upaya pencegahan dan pengendalian kanker di lndonesia, perlu upaya masif yang dilakukan oleh semua pihak baik pemerintah, swasta maupun masyarakat," ucap Subuh.

[Mrf]