BUMN Go Global 2021, Harry Patria: Harus Optimis
Menurut saya realistis (BUMN Go Global) dengan syaratnya itu karena kita harus optimis.

MONITORDAY.COM - Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) menargetkan BUMN Go Global pada 2021. Hal tersebut dipersiapkan dimulai sejak tahun ini.
Ekonomi Milenial sekaligus Dosen Strategi Bisnis di SBM MBA ITB, Harry Patria optimis BUMN menjadi perusahaan kelas dunia. Menurutnya, untuk mendorong BUMN di taraf dunia bukan hal mudah, butuh kerja keras pemerintah untuk merealisasikan hal tersebut.
Lebih lanjut, Harry mengatakan, ada sejumlah catatan yang harus dilakukan Kementerian BUMN. Salah satunya pengelolaan yang dilakukan plat merah dengan membentuk super holding atau Indonesia Incorporation pengelolaannya berhasil.
"Menurut saya realistis (BUMN Go Global) dengan syaratnya itu karena kita harus optimis, syaratnya itu pertama holdingisasi yang dilakukan itu berhasil, dalam arti holding itu tidak hanya menggabungkan perusahaan ya tapi memberikan nilai tambah bagi perusahaan yang digabungkan maupun sebagai nanti adalah leader dari BUMNnya," kata Harry saat dihubungkan monitorday.com, Senin (30/11).
Terkait pembentukan super holding, kata Harry, jadi intinya bukan hanya pada penggabungan perusahaan BUMN, namun lebih kepada manfaat yang dihasilkan atau value creation. Sedangkan perusahaan BUMN dapat mengoptimalkan aset bersama sekaligus menghasilkan manfaat bersama.
"Harusnya ada value creation dengan optimalisasi aset secara bersama, harusnya dia ke pihak lain diberdayakan asetnya. Sehingga mereka (Perusahaan BUMN) bisa create value bersama," jelasnya.
Disisi lain, pria kelahiran medan ini menilai aksi merger dan akuisisi sering kali menimbulkan masalah bagi perusahaan. Berdasarkan data statistik proses merger dan akusision hanya 15 sampai 20 persen peluang keberhasilannya.
"Banyak masalah merger dan akusision, kalau kita lihat dari data statistik hanya 15 persen sampai 20 persen yang berhasil di dunia. Masalahnya itu biasanya pada saat post merger ini pada waktu di gabung itu tidak ada masalah tapi setelah digabung biasanya performance perusahaannya itu stuck," papar Harry.
Selain itu, lulusan terbaik dan tercepat Master Ekonomi dan Doktor Manajemen Strategi Universitas Indonesia (UI) itu menyarankan pemerintah perlu memperhatikan secara ketat saat proses holdingisasi dalam rangka melakukan pembenahan di tubuh BUMN, sehingga hal tersebut sesuai apa yang diharapkan.
"Menurut saya harus diperhatikan sekali sih dalam proses holdingisasi. Karena kalau secara teknis proses yang tidak sulit, konsultannya udah ada tinggal di panggil, konsultan hukum, konsultan keuangan, yang bikin laporan segala segala macem, merubah segala macam tapi performanya biasanya belum tentu sesuai dengan yang apa yang diharapkan," ungkapnya.