Bukan ‘Mualaf’ Pancasila!
Tentu di masa lampau kita sudah kenyang dengan klaim sebagai pelaksana Pancasila yang murni dan konsekuen.

MONDAYREVIEW.COM – Ketua Umum Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono menyatakan bahwa dirinya dan Partai Demokrat akan tersinggung jika dianggap sebagai ‘mualaf’ dalam menjaga Pancasila.
“Bagi saya, Pancasila dan kebhinnekaan bukan kemarin siang. 30 tahun saya di TNI, 15 tahun pemerintah baik menteri dan Presiden. Selama ini Pancasila dan kebhinnekaan tidak saja saya anut, tapi saya konsisten saya jalankan sehari-hari,” kata Susilo Bambang Yudhoyono di depan para kader Partai Demokrat Jateng dan DIY dalam safari Ramadhan di Semarang, Selasa (13/6).
“Partai Demokrat tersinggung kalau dianggap pendatang baru menjaga Pancasila dan kebhinnekaan, dianggap mualaf. Jangan mengatakan Demokrat tidak kenal Pancasila dan kebhinnekaan,” imbuh Presiden RI keenam tersebut.
Pada momentum 1 Juni diperingati sebagai Hari Lahir Pancasila. Presiden Joko Widodo melalui Keputusan Presiden Nomor 24 Tahun 2016 menetapkan tanggal 1 Juni 1945 sebagai Hari Lahir Pancasila dan menjadikannya sebagai hari libur nasional.
Pada tahun 2017 ini peringatan Hari Lahir Pancasila diperingati melalui Pekan Pancasila yang diselenggarakan pada tanggal 29 Mei-4 Juni 2017. Ada pun tujuan dari penyelenggaraan Pekan Pancasila yakni untuk menguatkan dan memperkenalkan ulang dasar-dasar Pancasila dan untuk menarik minat para generasi muda terhadap Pancasila sehingga diharapkan seluruh komponen bangsa Indonesia dapat menerapkan nilai-nilai Pancasila ke dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.
Boleh dibilang Peringatan Hari Lahir Pancasila dan gegap gempita Pekan Pancasila benar-benar terasa dengan peran aktif pemerintah. Yang layak menjadi pertanyaan kemudian adalah janganlah terulang seperti di masa lampau bagaimana Pancasila sebagai alat penggebuk. Pancasila juga layaknya dimaknai dengan rendah hati dan bukan dengan bertepuk dada bahwa dirinya yang paling Pancasilais.
Pancasila seyogianya bukanlah pemecah persatuan dan menarik garis demarkasi. Sembari mengklaim diri sendiri dan kelompoknya sebagai yang paling Pancasilais, lalu melabeli pribadi dan kelompok lainnya tidak menjalankan Pancasila. Sikap seperti itulah yang merupakan jebakan merasa diri paling Pancasilais. Berupayalah menerapkan Pancasila dalam kehidupan sehari-hari dan biarkan orang lain yang merasakan manfaat dari sikap Pancasilais kita.
Tentu di masa lampau kita sudah kenyang dengan klaim sebagai pelaksana Pancasila yang murni dan konsekuen. Tentu Anda tidak ingin bukan mengulang klaim keliru tersebut, sembari menabalkan pihak lain sebagai ‘mualaf’ Pancasila.