5 Pesan Religi Serial Squid Game

MONITORDAY.COM - Dunia bioskop online tengah digemparkan oleh sebuah serial berjudul Squid Game. Squid Game adalah serial Netflix yang berasal dari negeri ginseng, Korea, besutan sutradara Hwang Dong Hyuk. Serial dengan sembilan episode ini pertama kali ditayangkan pada 17 September 2021 dan berhasil menduduki peringkat pertama dalam daftar 'Top 10 in the U.S. Today' Netflix AS, tiga hari setelah penayangan.
Kenapa bisa sepopuler itu? Serial ini bercerita tentang sejumlah orang dewasa yang berlomba mengikuti permainan demi memenangkan uang milyaran won. Semua orang dewasa tersebut adalah orang-orang yang tersandung dengan masalah keuangan, mulai dari usaha bisnis yang gagal, bangkrut sampai terlilit hutang.
Permainan yang disajikan adalah permainan tradisional anak korea, seperti lampu merah-lampu hijau, tarik tambang, kelereng, dsb. Tidak semudah yang dikira, untuk memenangkan hadiah uang yang fantastis, peserta harus menyingkirkan peserta lain dengan cara-cara yang brutal, berkhianat bahkan membunuh.
Meskipun disebut multigenre, genre thriller lebih kental terlihat di sepanjang episodenya. Darah dan emosi sudah menjadi pemandangan yang umum dalam serial ini. Hal itu terjadi karena di setiap permainan, jika ada peserta yang gugur maka dia sudah pasti akan mati, entah ditembak oleh panitia atau dibunuh oleh sesama peserta.
Sutradara squid game bilang bahwa serial ini memang memproyeksikan kehidupan di dunia nyata. Bagaimana kerakusan manusia terhadap uang, penindasan terhadap kaum lemah, pengkhianatan, tipu daya muslihat dan segala hal yang berkaitan dengan harta, tahta dan wanita.
Hal yang paling menarik, di bagian ending serial ini, peserta nomor 456 sebagai satu-satunya pemenang sama sekali tidak menyentuh buah hasil perjuangannya. Dia merasa bersalah karena setiap pundi uang hadiah berasal dari jumlah orang yang mati. Bukan bahagia yang dia peluk, tapi penyesalan yang tak berujung.
Dibalik mengerikannya serial ini, ternyata ada pesan religi yang bisa kita tangkap.
1. Dunia hanya sebuah permainan dan senda gurau
“Sesungguhnya kehidupan dunia itu hanyalah permainan dan senda gurau. Jika kamu beriman serta bertakwa, Allah akan memberikan pahala kepadamu dan Dia tidak akan meminta hartamu.” (Q.S Muhammad: 35)
Dalam firman Allah diatas, dunia diibaratkan hanya sebuah permainan yang tidak memiliki tujuan yang jelas dan isinya senda gurau belaka yang melalaikan. Related sekali bukan dengan serial squid game? Memang sih ada uang sebagai tujuan utama, lalu setelah menang apa lagi yang dicari? Allah tidak akan meminta sedikitpun dari harta kita.
2. Dunia memiliki batas
''Dan berilah perumpamaan kepada mereka (manusia), kehidupan dunia adalah sebagai air hujan yang Kami turunkan dari langit, maka menjadi subur karenanya tumbuh-tumbuhan di muka bumi, kemudian tumbuh-tumbuhan itu menjadi kering yang diterbangkan oleh angin. Dan adalah Allah Mahakuasa atas segala sesuatu.'' (QS Al-Kahfi: 45)
Dunia ini punya batas, sedangkan akhirat kekal abadi selamanya. Adalah suatu kesia-siaan mengejar sesuatu yang ada batasnya. Sampai saja di ujung batas, tak ada lagi yang harus dilakukan, mungkin hanya pengulangan saja. Seperti ayat diatas, kesenangan yang didapatkan di dunia hanya sementara, tumbuhan yang subur pun ujungnya tetap menjadi kering.
Jumlah permainan dalam squid game yang hanya enam sudah cukup menggambarkan keterbatasan dunia. Begitupun dalam permainan lain, permainan dibatas menjadi per level. Berhasil sampai finish tidak menjamin kebahagiaan, yaa mungin hanya kepuasan sementara. Dunia tak pernah memberi kepuasan, kita pasti selalu ingin yang lebih. Punya sepeda ingin motor, punya motor ingin mobil, punya mobil ingin pesawat. Daan akan terus seperti itu.
3. Kebahagiaan tidak bisa dibeli dengan harta.
Hutai’ah, seorang penyair, menggubah sebuah syair, “Menurut pendapatku, bukanlah kebahagiaan itu pada pengumpul harta benda, tetapi takwa akan Allah itulah bahagia." Imam al-Ghazali menambahkan, ”Bahagia dan kelezatan yang sejati ialah bilamana dapat mengingat Allah.”
Harta hanya sepercik dari kebahagiaan kita. Adapun sumber kebahagiaan terbesar kita hanya iman. Banyak kok kasus orang kaya yang bunuh diri akibat hartanya. Dalam squid game, dalang dibalik permainan seram tersebut adalah seorang kakek yang mengaku tidak bahagia karena kelebihan harta.
Berikut kutipan perkataan si kakek, “Apa kau tahu persamaan antara orang yang tak memiliki dan orang yang memiliki terlalu banyak uang? Hidup sama-sama tak menyenangkan bagi mereka.”
Maka dari itu islam hadir sebagai solusi atas kerakusan manusia. Dalam islam, kita mengenal qonaah, bagaimana cara kita bersyukur dan merasa cukup dengan apa yang kita miliki. Selama kebutuhan terpenuhi, baiknya ego keinginan ditekan.
4. Musuh terbesar manusia adalah dirinya sendiri
Manusia hidup dengan obsesi, terkadang obsesi tersebut akan berlebihan dan malah akan menjadi bumerang untuk diri sendiri. Sebagaimana yang diceritakan dalam squid game, di akhir permainan hanya tersisa dua orang peserta. Dimana kedua peserta tersebut adalah saudara.
Untuk menjadi pemenang, maka harus ada yang mati salah satu. Satu orang dari mereka sangat terobsesi menang, musuh dalam dirinya mengompori agar saudaranya dibunuh. (Musuh dalam diri yang dimaksud adalah hawa nafsu). Padahal saudaranya mengajak untuk mundur dari permainan duel ini. Tak berselang lama, dia akhirnya bunuh diri karena menyesal telah mengikuti obsesi dan membiarkan musuh dalam dirinya (hawa nafsu) menang.
Fenomena serupa terjadi kepada Ali bin Abi Thalib, bedanya Ali tidak kalah dari hawa nafsunya. Dilansir dari perkarahati.com, dalam suatu peperangan yang sengit, Ali bin Abi Thalib berhasil menjatuhkan lawannya. Saat itu juga Ali langsung menghunus pedang dan siap memenggal lawannya. Dalam kondisi terjepit, lawan meludahi wajah Ali. Mendapat perlakuan seperti itu, Ali bin Thalib segera mengurungkan niat memenggal leher musuhnya.
Dengan heran, musuh itu bertanya, “Mengapa engkau tidak jadi membunuhku?” Ali menjawab, “Ketika aku menjatuhkanmu, aku ingin membunuhmu karena Allah. Tetapi engkau meludahiku, niatku membunuhmu bukan karena Allah, melainkan karena nafsu amarahku kepadamu.”
5. Squid Game menggambarkan salah satu tanda kiamat
“Kiamat tidak akan terjadi sampai sungai eufrat mengering sehingga muncullah gunung emas. Manusia pun saling bunuh untuk memperebutkannya. Dari setiap seratus orang (yang memperebutkannya), terbunuhlah sembilan puluh sembilan orang. Setiap orang dari mereka mengatakan, ‘Mudah-mudahan aku-lah orang yang selamat,” (HR Muslim).
Diantara tanda kiamat adalah manusia memperebutkan emas/harta bahkan jika harus menghalalkan segala cara, menggunakan kekerasan dan membunuh. Sama seperti yang terjadi di dalam squid game, membunuh dan menyingkirkan yang lemah adalah jalan ninja untuk menang uang. Sekalipun harus membunuh saudaranya sendiri.
Secara umum, serial squid game berpesan kepada kita agar tidak menjadi budak dunia yang tunduk pada dunia yang berisi harta, tahta dan wanita. Semakin tunduk pada dunia, semakin banyak yang dikorbankan dan akan semakin jauh dari kebahagiaan.