Belajar Prinsip Hidup dari Ki Bagus Hadikusumo

MONITORDAY.COM - Di tengah bangsa yang masih terseok dalam kubangan korupsi, Indonesia perlu mencari role model pemimpin bangsa. Diantara negarawan yang sederhana dan memiliki komitmen kuat sebagai pemimpin yang bersih dan kuat memegang prinsip adalah Ki Bagus Hadikusumo. Karakternya yang kuat dan pergaulannya yang luas menjadikannya tokoh yang lengkap dalam merepresentasikan wajah politisi dari kalangan Islam di masa awal perjalanan Republik.
Tasawuf tak hanya dipelajari di pesantren. Jalan hidup sederhana itu dipraktikkannya. Meski menjadi tokoh penting dalam pentas politik nasional kala itu, kehidupannya jauh dari kemewahan. Pikiran, tenaga, dan waktunya diperuntukkan bagi bangsa yang baru lahir. Bagi upaya membangu Indonesia dengan segenap kebesaran jiwa dalam kesepakatan-kesepakatan yang merekatkan sendi-sendi kebangsaan.
Disamping sederhana dan jujur, Ki Bagus adalah seorang yang kuat memegang prinsip Tauhid. Di masa pendudukan Jepang, Ki Bagus Hadikusumo berani menentang perintah pimpinan tentara Dai Nippon dimana umat Islam dan warga Muhammadiyah diwajibkan melakukan upacara kebaktian tiap pagi sebagai penghormatan kepada Dewa Matahari. Tindakan itu dianggap syirik dalam Islam.
Pun di masa negeri ini masih bernama Hindia Belanda. Bagi Ki Bagus, pelembagaan Islam menjadi sangat penting untuk alasan-alasan ideologi, politis, dan juga intelektual. Ini nampak dalam upayanya memperkokoh eksistensi hukum Islam di Indonesia ketika ia dan beberapa ulama lainnya terlibat dalam sebuah kepanitiaan yang bertugas memperbaiki peradilan agama (priesterraden commisse).
Hasil penting sidang-sidang komisi ini ialah kesepakatan untuk memberlakukan hukum Islam. Akan tetapi Ki Bagus dikecewakan oleh sikap politik pemerintah kolonial yang didukung oleh para ahli hukum adat yang membatalkan seluruh keputusan penting tentang diberlakukannya hukum Islam untuk kemudian diganti dengan hukum adat melalui penetapan Ordonansi 1931. Kekecewaannya itu ia ungkap kembali saat menyampaikan pidato di depan Sidang BPUKPKI.
Ki Bagus adalah salah satu pendiri bangsa dalam kiprahnya sebagai anggota BPUPKI. Perannya sangat penting dalam merumuskan falsafah dan dasar negara. Saat itu perdebatan tentang dasar negara sangat kuat mengemuka. Dan tokoh-tokoh Islam seperti Ki Bagus berada dalam posisi yang jelas dalam memperjuangkan Isalm sebagai dasar negara.
Dalam sidang-sidang PPKI, Ki Bagus Hadikusumo memperjuangkan agar Islam menjadi pilar dalam dasar negara. Ia merupakan pemimpin Muhammadiyah yang besar andilnya dalam penyusunan Muqadimah UUD 1945, karena ia termasuk anggota Panitia Persiapan Kemerdekan Indonesia (PPKI). Peran Ki Bagus sangat besar dalam perumusan Muqadimah UUD 1945 dengan memberikan landasan ketuhanan, kemanusiaan, keberadaban, dan keadilan. Pokok-pokok pikirannya dengan memberikan landasan-landasan itu disetujui oleh semua anggota PPKI.
Tokoh intelektual dan literasi
Disamping kontribusi dalam politik di awal kemerdekaan, Ki Bagus adalah salah satu pilar intelektual muslim Indonesia pada masanya. Setelah tamat dari ‘Sekolah Ongko Loro’ (tiga tahun tingkat sekolah dasar), Ki Bagus belajar di Pesantren Wonokromo, Yogyakarta. Di Pesantren ini ia banyak mengkaji kitab-kitab fiqh dan tasawuf. Dengan latar belakang pendidikan tersebut Ki Bagus Ki Bagus terbukti mampu menjadi salah satu tokoh intelektual dan literasi pada masanya melalui karya-karyanya.
Ki Bagus menulis beberapa buku. Buku karyanya antara lain Islam sebagai Dasar Negara dan Achlaq Pemimpin. Karya-karyanya yang lain yaitu Risalah Katresnan Djati (1935), Poestaka Hadi (1936), Poestaka Islam (1940), Poestaka Ichsan (1941), dan Poestaka Iman (1954). Dari buku-buku karyanya tersebut tercermin komitmennya terhadap etika dan bahkan juga syariat Islam.
Sekolahnya tidak lebih dari sekolah rakyat (sekarang SD) ditambah mengaji dan besar di pesantren. Namun, berkat kerajinan dan ketekunan mempelajari kitab-kitab terkenal akhirnya ia menjadi orang alim, mubaligh dan pemimpin umat.