Belajar Kearifan Dari Gempa Di Nusa Tenggara Timur

Belajar Kearifan Dari Gempa Di Nusa Tenggara Timur
Kerusakan Akibat Gempa 7,5 SR di Larantuka Nusa Tenggara Timur

MONITORDAY.COM - Hari itu, Selasa tanggal Empat belas Desember Dua ribu Dua puluh satu. Sekitar pukul sebelas lebih dua puluh menit dua puluh dua detik terjadi gempa Magnetudo:7,5. Saat itu, kami sedang berada di rumah. Saya, Istri, dan Asisten rumah tangga berada di ruang dapur. Anak mantu berada di ruang keluarga (tengah rumah) beserta anak pertamanya, dan anak yang baru sepuluh hari dilahirkan berada di kamar, sementara anak saya (suaminya) bekerja di kantor yang berjarak sekitar dua puluh kilometer dari rumah, kira-kira 25 menit perjalanan dengan kendaraan bermotor.  

Saat itu,masing-masing tengah sibuk dengan aktivitasnya. Tiba-tiba rumah terasa bergoyang. Mula-mula goyangan itu terasa pelan,kami tidak begitu memperdulikannya. Sejenak berhenti,melihat bagian-bagian rumah yang bergoyang, kemudian melanjutkan aktivitas.

Sesaat kemudian, goyangangan ini bertambah besar, kami dan para tetangga serta orang yang berlalu lalang di jalanan depan rumah berteriak “gempa”…”gempa”….”gempa”… ayo keluar….keluar…. keluar……cari tempat aman.

Serta merta kami dan orang sekeliling panik, gempa itu terasa sangat besar, kami khawatir tertimpa bangunan rumah dan bangunan lain yang ada di sekitarnya. Dalam kepanikan itu, semua berlari mencari tempat yang aman. Situasinya menjadi kacau, masing-masing berlari sesuai kehendaknya yang penting mendapat tempat untuk menyelamatkan diri. Tidak ada yang di ingat kecuali dirinya.

Setelah gempa reda,sebagian orang ada yang berani kembali masuk rumah. Memeriksa keadaan,mengecek barang yang ada dirumah, juga anak-anak yang tertinggal.

Belum lama berada rumah, tiba-tiba datang informasi bahwa gempa berpotensi tsunami (tempat kami tinggal hanya 600 meter dari bibir pantai), setiap orang diminta untuk menuju tempat yang tinggi.

Kepanikan kembali terjadi, masing-masing berlari menuju tempat yang tinggi. ada yang yang berkendaraan (roda dua maupun roda empat), dan sebagian besar tanpa kendaraan.

Jalanan menjadi macet semua bergerak tanpa arah yang jelas, raungan bunyi sirine, himbauan melalui pengerah suari makin menambah suasana yang tidak nyaman. Ada yang berlari ke arah yang sama ada pula yang berlari kearah berlawanan. Semuanya saling berebut untuk segera menjauh menuju tempat tinggi. Lupa terhadap anak, suami, istri, rumah, harta benda, dan lain sebagainnya. Hal yang diingat hanya satu, dirinya selamat dari musibah atau bencana.

Ketika sudah berada di tempat tinggi,situasi dan kondisi sudah dianggap aman. Suasana riuh kembali terjadi. Beberapa orang Ibu ada yang menangis karena anaknya hilang, sebagian ada yang bingung karena belum ketemu suami, istri, atau saudarannya terutama yang tinggal serumah atau pada saat kejadian sedang di luar rumah. Komunikasi memalui ponsel juga banyak yang terganggu, karena kehabisan battery atau tidak ada jaringan. 

Dalam situiasi seperti ini, saya teringat beberapa surat dan ayat-ayat tertentu dalam al-qur’an. Surat-surat yang saya ingat itu antara lain terkait dengan kejadian yang sangat mengerikan yaitu“hari kiamat”, seperti Al-Zalzalah, Al-Qoriah, dan Al-Waqiah, juga surat Al Qiyamah. Kandungan surat ini, sering pula dijelaskan oleh para ustadz, tetapi kadang-kadang saya menyimaknya, bahkan lebih sering hanya sekedar mendengarkan saja. Tetapi dalam suasana seperti ini, menjadi amat bermakna untuk direnungkan dengan mendalam.

Pertama dalam surat Al-Qaariah, pada ayat-ayat paling awal Allah berfirman:

“Hari Kiamat, apakah hari kiamat itu? Tahukah kamu apakah hari kiamat itu,Pada hari itu manusia keadaannya seperti anai-anai yang bertebaran, dan gunung-gunung seperti debu yang dimabur-hamburkan” (QS.Al-Qaariah [101]: 1-5).

Kedua dalam surat Az-Zalzalah:

“Apabila bumi diguncangkan dengan goncangan yang amat dahsyat, dan bumi talah mengeluarkan beban-beban berat (yang dikandung)nya. Dan manusia bertanya: Mengapa bumi menjadi begini, pada hari itu bumi menceritakan beritanya. Karena sesungguhnya Tuhanmu telah memerintahkan (yang demikian itu) kepadannya” (QS.Az-Zalzalah [99]: 1-5).

Ketiga dalam surat Al-Waqi’ah:

“Apabila terjadi hari kiamat. Tidak seorangpun dapat berdusta tentang kejadiannya. (Kejadian itu) merendahkan (satu golongan) dan meninggikan (golongan yang lain).Dan gunung-gunung dihancur luluhkan seluluh-luluhnya.Maka jadialah ia berterbangan” (QS.Al-Waqi’ah [96]: 1-7)

Ilustrasi yang digambarkan terkait dengan situasi kiamat yang tercantum pada suat-surat ini, menjadi indikator bukti kebenaran hakiki yang di beritakan olah Allah Swt. Pada saat gempa itu terjadi disusul dengan informasi potensi tsunami. Semua mengalami suasana kacau,kalang kabut,dan tidak karuan, manusia bagai anai-anai atau debu yang bertebangan bukan hanya ilusi atau omong kosong.

Padahal hanya kejadian gempa biasa yang pasti tidak dapat di bandingkan dengan rongkahnya kejadian kiamat.

Ilustrasi mengenai gambaran dunia sebagai permainan dan senda gurau yang tercantum dalam surat Muhammad pada ayat 36.Demikian pula kandungan surat Al Imran ayat 14, bahwa kecintaan kepada pasangan hidup, anak keturunan, harta benda yang banyak dan melimpah hanyalah sekedar perhiasan dunia.  Menjadi indikator kebenaran berikutnya dari ayat-ayat Al-Qur’an dalam surat-surat tersebut.

Secara empiris menunjukkan bukti itu,ketika gempa terjadi yang disusul dengan informasi potensi tsunami. Semua orang benar-benar melupakan permaian,senda gurau,dan perhiasan dunia itu. Dalam suasana panik dan penuh ketakutan semua perhiasan dunia yang sudah diraihnya dengan susah payah bahkan sampai mengabaikan Tuhan dan peringatan-Nya ditinggalkan kecuali yang melekat pada dirinya.

Musibah pastinya akan datang kapan saja tidak mengenal waktu bisa siang ataupun malam. Datangnya musibah selalu tiba-tiba dan tidak mengenal tempat.Musibah dapat menimpa siapa saja baik terhadap individu atau kelompok orang, dalam keadaan ramai atau sepi. Akibat adanya musibah bisa menimbulkan kerusakan lingkungan, cacat tubuh, dan kematian.

Menjadi relevan bila perenungan itu dikaitkan dengan sumpah dan janji Allah dalam surat Al-Qiyamah:

Aku bersumpah demi hari kiamat, dan aku bersumpah dengan jiwa yang amat menyesali (dirinya sendiri).Apakah manusia mengira, bahwa Kami tidak akan mengumpulkan (kembali) tulang belulanngnya? Bukan demikian, sebenarnya Kami kuasa menyusun (kembali) jari jemarinya dengan sempurna” (QS.Al-Qiyaam’ah [75]: 1-4)

Semoga hikmah dari perenungan ini,mengantarkan kesadaran bahwa kita tidak mesti mengabaikan kecintaan terhadap pasangan hidup, anak keturunan, dan harta benda yang melimpah dan banyak. Tetapi yang paling utama adalah bagaimana menjadikan semua itu menjadi wahana untuk meraih keridoan,kehormatan, dan kenikmatan disisi Allah kelak bukan menjadikannya sebagai tujuan hidup di dunia. Wallahu’alam Bishowab.