Bantu Negara Atasi Utang, Warga Malaysia Berduyun-duyun Berikan Sumbangan

Dalam sehari, sumbangan warga Malaysia capai delapan juta ringgit.

Bantu Negara Atasi Utang, Warga Malaysia Berduyun-duyun Berikan Sumbangan
Ilustrasi foto/Net

MONDAYREVIEW - Setelah secara mengejutkan memimpin oposisi dan mengalahkan Barisan Nasional, Mahathir Mohammad akhirnya memenangi Pemilu Malaysia dan kembali menempati posisi yang pernah ditinggalkannya pada tahun 2003.

Mahathir yang sebelumnya pernah memerintah selama 22 tahun, terpanggil untuk mengambil inisiatif perubahan dan berkoalisi dengan seterunya Anwar Ibrahim. Sebuah keputusan yang tentu saja tidak mudah, baik bagi Mahathir maupun Anwar Ibrahim sendiri.

Salah satu alasan yang mendorongnya untuk bergabung dengan Anwar Ibrahim adalah keinginanya untuk memperbaiki system pemerintahan yang dinilainya tengah memburuk akibat keterlibatan Najib Razak dalam skandal korupsi 1 MDB.

Sejak saat itu, Mahathir pun berulang kali mengungkapkan, keyakinan bahwa sebagian uang yang lenyap akibat skandal korupsi 1 MDB. Ia juga berjanji akan mengembalikannya untuk mengurangi beban utang.

Dan benar saja, tak lama pasca ia ditetapkan sebagai Perdana Menteri Malaysia yang baru, Mahathir pun langsung membuat terobosan dengan melakukan pemangkasan gaji dirinya, wakilnya dan para menteri cabinet sebesar 10 %.

Mahathir yakin, bila upayanya tersebut dapat memangkas utang Malaysia yang saat ini telah menggunung. Saat ini utang negara diperkirakan sekitar satu triliun ringgit Malaysia (setara Rp3.482 triliun) atau sekitar sekitar 80% dari Produk Domestik Bruto, PDB, seperti dilaporkan kantor berita Reuters.

Berkat langkah Mahathir ini, warga Malaysia pun kemudian ikut menyumbang. Hasilnya, dalam waktu sehari sejak pemerintah mengumumkan penggalangan dana untuk menghimpun uang tunai terkumpul sekitar delapan juta ringgit Malaysia.

Langkah pemerintah ini ditempuh setelah munculnya prakarsa pribadi dari seorang warga Malaysia berusia 27 tahun, Nik Shazarina Bakti, dengan Please Help Malaysia!

Prakarsa Nik Shazarina Bakti itu berhasil mengumpulkan sekitar US$3.500 atau sekitar 13.938 ringgit.

Pemerintah kemudian menindaklanjuti prakarsa tersebut dengan jaminan transparansi dari Menteri Keuangan, Lim Guan Eng.

"Sejalan dengan perkembangan ekonomi dan peningkatan di kalangan rakyat atas posisi utang negara, ada tanda-tanda kesadaran dari rakyat untuk memberi dukungan kepada pemerintah."

Diberi nama Tabung Harapan Malaysia, pemerintah sudah mengumumkan nomor rekening dan bank yang akan menampung dana dengan sumbangan harus dalam mata uang ringgit.

"Rakyat secara sukarela ingin menyumbang pendapatan mereka kepada pemerintah untuk mengurangi beban," ujar Lim Guan Eng.

Aksi serupa sebetulnya juga pernah dilakukan rakyat Korea Selatan tahun 1990-an, mereka berduyun-duyun menyumbang barang berharga yang mereka miliki untuk membantu perekonomia negaranya yang sedang dirundung krisis.

Kira-kira bagaimana dengan masyarakat di Indonesia? Meski rasio utang Indonesia belum separah di Malaysia, tapi semangatnya tetap mesti kita contoh. Semoga saja, para elite dan pemimpin di negeri ini dapat terdorong untuk melakukan gerakan serupa. [Mrf]