Bank Digital Unggul dari Sisi Teknologi dan Kolaborasi dengan Ekosistem

Bank Digital Unggul dari Sisi Teknologi dan Kolaborasi dengan Ekosistem
Kantor dan Logo Bank Jago/ net

MONITORDAY.COM - Uang tunai, kartu debit dan kartu kredit masih banyak digunakan dalam transaksi konvensional di Indonesia. Sedikit demi sedikit uang elektronik dan dompet elektronik mulai menggesernya. Uang elektronik berbasis chip dan dompet elektronik berbasis server. Pada dompet elektronik data tersimpan di server dan pengguna mengaksesnya melalui aplikasi. 

Kini ada banyak dompet elektronik yang ‘sakti’, antara lain Dana, Sakuku dari BCA, i-saku, GoPay, dan LinkAja. Beragam jenis pembayaran bisa dilakukan dengan dompet elektronik tersebut. Tentu saja tak semua, hanya dengan merchant yang bekerjasama dengan penerbit dompet elektronik tersebut.      

Bagi kaum milenial saldo dompet digital jangan sampai kosong. Banyak kebutuhan transaksi yang mesti diatasi dengan cadangan harta dalam bentuk tak kasat mata itu. Salah satu kendalanya adalah belum terhubungnya sejumlah dompet digital dengan rekening bank nasabah. Harus top-up dulu.   

Publik tengah mencermati berbagai perkembangan menarik terkait bank digital. Kemudahan, kenyamanan, kecepatan, dan keamanan transaksi menjadi kebutuhan yang niscaya bagi nasabah. Dan hal itu dimungkinkan dengan kehadiran teknologi digital. Dari sisi teknologi, bank jenis ini akan mengadopsi sistem penyimpanan komputasi awan (cloud). Saat ini belum ada bank yang memakai sistem ini. 

Salah satunya adalah Bank Jago. Kelebihannya, sistem komputasi awannya adalah ramah dengan teknologi perusahaan e-commerce dan dompet digital. Bila keran regulasi sistem pembayaran (Bank Indonesia) dan bank digital (Otoritas Jasa Keuangan) dibuka, konvergensi bank digital dengan dompet digital macam Gopay, OVO, dan LinkAja akan lebih mudah. 

Keuntungan bagi konsumen, tidak perlu membuka aplikasi bank untuk isi saldo dompet digital.  Adapun sinyal kolaborasi ekosistem yang disampaikan Jerry Ng tadi diwujudkan dengan ‘menyerahkan’ 22,16% atau 1,96 miliar lembar saham ARTO kepada Gojek. Ada mahar Rp2,25 triliun dari kemitraan itu. Nilai itu setara Rp1.150 per lembar saham per tanggal transaksi 18 Desember 2020. 

Guna memperkuat korporasi, Jerry Ng mengundang GIC Private Limited, perusahaan investasi pelat merah Singapura, untuk menjadi mitra strategis dengan kepemilikan 9,67%. 

Dari sejumlah aksi korporasi itu, total modal dikumpulkan ARTO mencapai Rp8 triliun. Langkah Jerry Ng dan Patrick Walujo menginisiasi bank digital ini diikuti oleh konglomerasi lain. Yang paling agresif adalah pemodal asal luar negeri, dan berlatar belakang perusahaan teknologi. Alibaba melalui perusahaan teknologi finansial miliknya di Indonesia, PT Akulaku Silvrr Indonesia, mengakuisisi PT Bank Yudha Bakti Tbk. Bank berkode saham BBYB itu berganti nama menjadi Bank Neo Commerce.