Bamusi Tanamkan Islam yang Menjadi Rahmat Bagi Semesta

Keragaman dan kebhinnekaan merupakan fitrah manusia.

Bamusi Tanamkan Islam yang Menjadi Rahmat Bagi Semesta
Wasekum PP Baitul Muslimin Indonesia (Bamusi), Ahmad Sahid, saat menyampaikan ceramah di jalan Delima, Jatipulo, Palmerah, Jakarta Barat, Sabtu (1/4).

MONDAYREVIEW.COM - Tuhan menciptakan manusia bersuku-suku dan berbangsa-bangsa. Karena itu, sejak sejak awal memang manusia itu memiliki banyak perbedaan. Termasuk beda agama, beda suku-bangsa, beda jenis kelamin, dan juga berbeda negara.

"Karena itu keragaman dan kebhinnekaan itu merupakan fitrah manusia," kata Wasekum PP Baitul Muslimin Indonesia (Bamusi), Ahmad Sahid, saat menyampaikan ceramah di jalan Delima, Jatipulo, Palmerah, Jakarta Barat, Sabtu (1/4).

Menurut Sahid, Jakarta merupakan minatur. Bukan hanya miniatur bagi Indonesia, melainkan juga miniatur dari keragaman. Di Jakarta hidup bersama dan berdampingan orang-orang yang berlaikan, suku, agama, ras dan bahasa.

"Karena itu, perbedaan ini harus kita jaga dan rawat bersama dengan saling menebarkan sikap toleran. Tuhan sendiri tidak melihat manusia dari perbedaan warna dan rupa, melainkan dari ketakwannya. Takwa itu harus dilakukan, bukan diam saja," ungkap Sahid.

Sahid juga mengingatkan bahwa sudah sejak lama Islam masuk ke Indonesia dengan tidak menghilangkan budaya asli yang baik dan tak bertentangan dengan nilai-nilai Islam. Hal ini juga menjadi Islam Indonesia sebagai Islam yang unik dan Islam yang benar-benar menjadi rahmat bagi semesta.

"Dan memang kesalahen itu bukan karena dia pakai jubah, udeng-udeng atau surban. Tapi sekali lagi karena ketakwaan. dan kita harus bangga dengan songkok, blangkon atau yang lainnya," ungkap Sahid.

Sementara itu, penanggungjawab Acara yang juga Wasekum Bamusi, Hari Apriatno, mengatakan bahwa acara ini merupakan acara rutin Bamusi, yang merupakan sayap PDI Perjuangan di bawah kepemimpinan Ketua Umum Hamka Haq dan Sekum Nasyirul Falah Amru. Selain untuk menjaga silaturrahmi dengan warga Jakarta, juga sebagai sarana mengembangkan Islam Nusantara yang berkemajuan.

"Kita tentu mau Islam di Jakarta ini Islam yang sejuk dan damai. Islam yang ramah, dan bukan Islam yang marah-marah," demikian Hari.?