Balad Jokowi : Tingkatkan NTP Tantangan Calon Menteri Pertanian
Salah satu yang mengemuka adalah pentingnya sosok Menteri Pertanian yang mampu meningkatkan kesejahteraan petani. Data dari Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan posisi petani yang masih memprihatinkan. Lebih dari setengah provinsi menunjukkan keringat petani menetes tanpa tanpa makna.

MONDAYREVIEW.COM – Di tengah wacana usulan calon menteri yang akan memperkuat jajaran Kabinet Indonesia Kerja Jilid II, Divisi Riset Relawan Balad Jokowi menyimpulkan beberapa hal terkait hal tersebut.
Salah satu yang mengemuka adalah pentingnya sosok Menteri Pertanian yang mampu meningkatkan kesejahteraan petani. Data dari Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan posisi petani yang masih memprihatinkan. Lebih dari setengah provinsi menunjukkan keringat petani menetes tanpa tanpa makna.
Indeks Nilai Tukar Petani (NTP) sebagai perbandingan antara Indeks Harga yang Diterima Petani dengan Indeks Harga yang Dibayar Petani. Dengan kata lain NTP adalah rasio antara indeks harga yang diterima petani dengan indeks harga yang dibayar petani yang dinyatakan dalam persentase.
Nilai tukar petani merupakan salah satu indikator dalam menentukan tingkat kesejahteraan petani. Pada Mei 2019, dari 33 provinsi yang disurvei tercatat sebanyak 13 provinsi memiliki NTP di atas angka 100, sedangkan 20 provinsi memiliki NTP di bawah angka 100. Dalam bahasa sederhana petani tidak balik modal. Sementara itu mulai Desember 2013, NTP menggunakan Tahun Dasar 2012=100. Nilai tukar petani dapat bervariasi di setiap daerah dan berfluktuasi seiring waktu.
NTP tertinggi tercatat di Provinsi Sulawesi Barat dengan nilai NTP sebesar 112,01, sedangkan NTP terendah berada di Provinsi Kep.Bangka Belitung dengan NTP sebesar 84,10. Ini berarti di 20 provinsi kesejahteraan petani masih rendah. Pendatannya relatif rendah sementara harga-harga barang yang dikonsumsi dan modal kerja petani relatif tinggi.
Indeks harga yang diterima petani (IT) adalah indeks harga yang menunjukkan perkembangan harga produsen atas hasil produksi petani. Misalnya harga gabah kering giling, harga cabai, harga jagung, dan sebagainya. Tentu saja semua harga tersebut diambil di tingkat petani sebagai produsen.
Dari nilai IT, dapat dilihat fluktuasi harga barang-barang yang dihasilkan petani. Indeks ini digunakan juga sebagai data penunjang dalam penghitungan pendapatan sektor pertanian.
IT dihitung berdasarkan nilai jual hasil pertanian yang dihasilkan oleh petani, mencakup sektor padi, palawija, hasil peternakan, perkebunan rakyat, sayuran, buah, dan hasil perikanan (perikanan tangkap maupun budi daya).
Indeks harga yang dibayar petani (IB) adalah indeks harga yang menunjukkan perkembangan harga kebutuhan rumah tangga petani, baik kebutuhan untuk konsumsi rumah tangga maupun kebutuhan untuk proses produksi pertanian.
Dari IB, dapat dilihat fluktuasi harga barang-barang yang dikonsumsi oleh petani yang merupakan bagian terbesar dari masyarakat di pedesaan, serta fluktuasi harga barang yang diperlukan untuk memproduksi hasil pertanian.
Perkembangan IB juga dapat menggambarkan perkembangan inflasi di pedesaan. Dari kebutuhan membeli beras, minyak goreng, sayur-mayur dan lauk-pauk hingga bibit tanaman yang menjadi komoditas utama di masing-masing daerah.
IB dihitung berdasarkan indeks harga yang harus dibayarkan oleh petani dalam memenuhi kebutuhan hidupnya dan penambahan barang modal dan biaya produksi, yang dibagi lagi menjadi sektor makanan dan barang dan jasa non makanan.
Menurut Wikipedia secara umum NTP menghasilkan 3 pengertian:
NTP > 100 berarti NTP pada suatu periode tertentu lebih baik dibandingkan dengan NTP pada tahun dasar, dengan kata lain petani mengalami surplus. Harga produksi naik lebih besar dari kenaikan harga konsumsinya. Pendapatan petani naik dan menjadi lebih besar dari pengeluarannya.
NTP = 100 berarti NTP pada suatu periode tertentu sama dengan NTP pada tahun dasar, dengan kata lain petani mengalami impas. Kenaikan/penurunan harga produksinya sama dengan persentase kenaikan/penurunan harga barang konsumsi. Pendapatan petani sama dengan pengeluarannya.
NTP < 100 berarti NTP pada suatu periode tertentu menurun dibandingkan NTP pada tahun dasar, dengan kata lain petani mengalami defisit. Kenaikan harga produksi relatif lebih kecil dibandingkan dengan kenaikan harga barang konsumsinya. Pendapatan petani turun dan lebih kecil dari pengeluarannya.