Arya Sinulingga : Peran BUMN Sangat Penting Dalam Perekonomian Nasional

MONITORDAY.COM - Indonesia menghadapi berbagai tantangan dalam mendorong Ekonomi Berkelanjutan. Dengan jumlah usia muda produktif yang cukup banyak, Indonesia masih kekurangan skilled workers atau tenaga terdidik. Rendahnya produktivitas juga masih menjadi persoalan. Hal itu diungkapkan Staf Khusus Menteri BUMN Arya Sinulingga dalam Diskusi Virtual Kopi Pahit bertajuk Transformasi BUMN yang digelar Monday Media Group pada Rabu (1/12/2021).
Arya juga mengungkapkan bahwa tantangan lainnya adalah pembangunan yang belum merata, pertumbuhan ekonomi yang stagnan, ketidakpastian global, Revolusi Industri 4.0 dan Ekonomi Digital, dan dampak Covid-19 terhadap perekonomian.
“Sumber Daya Manusia berputarnya di Jawa. Ini tantangan besar dan Pak Jokowi melakukan banyak pembangunan mendorong pemerataan di seluruh Indonesia sampai dengan mendorong pemindahan ibukota. Itu semua adalah bagian dari pemerataan, “ ungkap Arya.
Terkait dengan hal tesebut Arya menegaskan bahwa Sumber Daya Alam yang baik tidak dapat maksimal tanpa Sumber Daya Manusia yang berkualitas. Selama ini masih terjadi mobilitas SDM menuju ke Pulau Jawa.
Arya mengungkapkan bahwa BUMN berperan sebagai value creator dan agent of development dalam mengembangkan sektor strategis dan merupakan sepertiga dari perekonomian nasional. Misalkan di provinsi Nanggroe Aceh Darussalam, dari PNM saja ada 20% rumah tangga yang mampu digerakkan ekonominya. Menurutnya pendapatan BUMN sebesar Rp1.900 Triliun boleh dikata lebih besar daripada negara secara keseluruhan.
Peran BUMN juga sangat strategis terkait pembangunan infrastruktur dimana swasta tidak meliriknya. Pembangunan yang menguntungkan dalam jangka panjang dan menunjang iklim investasi sangat diperlukan. Menjawab pertanyaan terkait pembagian antara sektor ekonomi ayng dikelola BUMN dan swasta, Arya memberikan ilustrasi terkait pembangunan jalan tol.
“BUMN hadir terutama di sektor-sektor dimana swasta tidak hadir. Misalnya dalam pembangunan jalan tol di Aceh atau di Pelambang,” kata Arya.
Lebih lanjut diskusi juga menyoroti tentang utang dan investasi asing. Jika perusahaan swasta dapat maju dan berkembang salah satunya dengan pembiayaan dari utang dan investasi asing, maka BUMN pun wajar untuk melakukannya.
“Mengapa ada sorotan jika BUMN berutang atau investasi asing yang masuk ke BUMN?” terang Arya.
Sementara Direktur Utama Krakatau Steel Tbk Silmy Karim menegaskan bahwa saat dirinya masuk Krakatau Steel dalam kondisi berutang hingga Rp35 Triliun ke konsorsium 10 bank. Kesepuluh bank itu ada yang bank milik Pemerintah, bank swasta nasional, dan bank asing. Tentu saja tidak mudah untuk melakukan restrukturisasi.
“Kuncinya adalah trust, kalau tidak kita akan habis di-challenge,” kata Silmy.
Terkait pertanyaan apakah BUMN mencari keuntungan untuk menunjang penerimaan negara atau lebih fokus melaksanakan penugasan, Arya menjelaskan bahwa ada tiga jenis BUMN dengan perannya masing-masing. Ada yang lebih fokus menggali penerimaan negara, ada yang lebih fokus melakukan penugasan, ada pula yang melaksanakan kombinasi antara keduanya.
“BUMN ada yang mencari cuan seperti Bank Mandiri, ada yang kombinasi mencari cuan dan penugasan, dan ada yang murni penugasan seperti PELNI,” ungkap Arya.
DI akhir sesi Arya menegaskan bahwa peran BUMN sangat penting bagi perekonomian nasional sehingga BUMN harus sehat. BUMN harus menjadi pionir dengan melakukan transformasi.
“Peran BUMN dalam perekonomian negara sangat besar, maka BUMN harus sehat.” pungkas Arya.