Apakah Benar Penduduk Indonesia Malas Membaca?
Atau jangan-jangan yang kurang adalah akses terhadap bacaan.

MONDAYREVIEW.COM - Apakah benar penduduk Indonesia malas membaca? Atau jangan-jangan yang kurang adalah akses terhadap bacaan. Sejumlah gerakan sosial kini bermunculan untuk “menyalakan terang” dibanding “mengutuk kegelapan” mengenai budaya literasi. Dari pihak pemerintah, gayung pun bersambut dengan digratiskannya pengiriman buku setiap tanggal 17 pada tiap bulannya. Dengan demikian hal itu memungkinkan akses terhadap buku dapat menjangkau ke seantero nusantara ini.
Akses yang kurang terhadap buku ini dirasakan oleh peserta Lomba Penelitian Siswa Nasional SMP (LPSN SMP) bidang Ilmu Pengetahuan Sosial, Kemanusiaan, dan Seni, Elza Ully Tiara Tampubolon. Dikarenakan rasa dahaganya terhadap ranah literasi membuatnya kerap beranjangsana ke Universitas Bengkulu. Untuk penelitiannya yang berjudul “Kajian Ketertarikan Pelajar Terhadap Implementasi Nilai-nilai Pancasila Melalui Media Film Pendek”, siswi SMPN 20 Kota Bengkulu ini kerap menelusuri buku-buku di Universitas Bengkulu.
Elza menyayangkan harga dari buku-buku yang menurutnya masih mahal. Namun Elza tak habis akal, dia memenuhi hasrat membacanya dengan membaca di toko buku yang ada di mall.
Ada pun terkait penelitian yang dilakukan Elza bersama Nisreina Nabila terdapat kesimpulan yakni Pancasila merupakan pandangan hidup bangsa yang mengandung nilai luhur sebagai pedoman kehidupan yang harus dan terus diajarkan dan dilestarikan kepada generasi muda khususnya pelajar. Sedangkan film pendek merupakan salah satu sarana yang tepat sebagai media dalam usaha mengajarkan implementasi nilai-nilai Pancasila di kehidupan sehari-hari siswa kelas VII SMPN 20 Kota Bengkulu dengan cara mempengaruhi pola pikir mereka untuk menerapkan nilai-nilai luhur Pancasila sesuai amanat dari film pendek tersebut.