Ani Hasibuan Bantah Adanya Senyawa Kimia Pembunuh Masal

Dokter spesialis syaraf Ani Hasibuan membantah soal pemberitaan yang menyebutkan dirinya telah mengatakan adanya senyawa kimia pemusnah masal yang menyebabkan ratusan KPPS meninggal.

Ani Hasibuan Bantah Adanya Senyawa Kimia Pembunuh Masal
Ani Hasibuan, Usai Acara Diskusi Bertajuk "Catatan Pasca Pemilu 2019" yang Diselenggarakan oleh BEM UMJ di Kafe Alumni UMJ, Ciputat, Tangerang Selatan, Rabu (15/5)/Foto: Alfan

MONITORDAY.COM - Dokter spesialis syaraf Ani Hasibuan membantah soal pemberitaan yang menyebutkan dirinya telah mengatakan adanya senyawa kimia pemusnah masal yang menyebabkan ratusan KPPS meninggal.

"Itu hoaks, itu muka saya ditaro disitu biar orang baca," kata Ani saat dikonfirmasi oleh Monitorday.com usai acara diskusi bertajuk "Catatan Pasca Pemilu 2019" yang diselenggarakan oleh BEM UMJ di Kafe Alumni UMJ, Ciputat, Tangerang Selatan, Rabu (15/5).

Ia menegaskan, bahwa dirinya tidak pernah berfikir konspiratif seperti itu, dirinya hanya sebagai aktifis kemanusiaan. "Silahkan di track kerjaan saya bekerja untuk kemanusiaan," ucapnya.

"Jadi saya tidak pernah berfikir adanya senyawa kimia pembunuh masal," imbuhnya.

Lebih lanjut akademisi kedokteran itu menjelaskan, dirinya hanya melihat manajemen pelaksanaan Pemilu. Pemilu tahun 2014 menelan korban 144 orang, dan pemilu tahun ini dengan beban 5 kali lebih besar, tercatat 600 lebih KPPS meninggal.

"kalau saya seorang asesor sumber daya manusia, saya pecat tuh komisioner itu semuanya. kenapa? gagal dia ko, bukan soal sitang situng tapi ada yang meninggal bertambah," tegasnya.

Ani juga mengungkapkan, sampai saat ini belum mengetahui apa yang menyebabkan meninggalnya KPPS.

Menurutnya, secara medis hanya dengan cara autopsi yang menjadi basis pegangan untuk mengetahui penyebab meninggalnya KPPS.

"Autopsi itu harus dari kepolisian meskipun keluarga menginginkan. Jadi kalau keluarga menginginkan, biasanya kan lapor polisi, lantas polisi mengeluarkan surat perintah," terangnya.

Sampai saat ini, Ani menambahkan, belum menemukn keluarga yang bersedia di autopsi.

"Doakan saja semoga ada yang mau di autopsi, sehingga ini bisa di buka, dan ini menjadi evaluasi buat kita semua, khususnya buat KPU sebagai pelaksana," tutupnya.